Info

Sejarah Terjadi, Seorang Ibu Positif HIV Donorkan Hati ke Anaknya

Agar nyawa anaknya bisa tertolong, sang ibu pun mendonorkan hatinya meski diketahui positif HIV.

Rauhanda Riyantama

Ilustrasi transplantasi hati. (pixabay)
Ilustrasi transplantasi hati. (pixabay)

Himedik.com - Kisah mengharukan datang dari Johannesburg, Afrika Selatan. Pasalnya, seorang anak menderita sakit keras sehingga membutuhkan transplantasi hati. Agar nyawanya bisa tertolong, sang ibu pun mendonorkan hatinya meski diketahui positif HIV.

Kejadian ini membuat tim dokter tak punya pilihan lain. Akhirnya hati si ibulah yang diambil untuk didonorkan. Keputusan tersebut dilakukan setelah dua orang pendonor yang sebelumnya dianggap potensial dinyatakan tidak cocok oleh tim dokter.

"Kami dihadapkan pada pilihan sulit. Kami harus memilih antara kematian anak atau menerima organ yang terinfeksi untuk menyelamatkannya. Sang ibu terus mendorong dan hampir mengatakan bahwa kami melakukan diskriminasi terhadapnya. Setelah mengetahui sang ibu menjalani hidup yang sehat meskipun mengidap HIV, kami mengambil kesempatan itu," ungkap Botha, ketua tim dokter bedah Rumah Sakit Wits Wits Donald Gordon Johannesburg, seperti dikutip New York Post.

Sementara itu, para ahli di Universitas Witwatersrand menjelaskan bahwa transplantasi tersebut ditempuh lantaran negara Afrika Selatan kekurangan stok organ yang khusus untuk didonorkan.

"Tim transplantasi menghadapi dilema menyelamatkan hidup anak. Sementara pada saat yang sama, mengetahui bahwa si anak nantinya mungkin menjadi positif HIV karena keputusan ini," kata pihak Universitas Witwatersrand.

Setelah dilakukan prosedur transplantasi tersebut, tim dokter terus memantau kondisi sang anak. Hingga berminggu-minggu lamanya, tim dokter tidak menemukan adanya infeksi HIV pada anak itu.

Tim dokter menduga, keberhasilan pencegahan penularan infeksi ini ada kaitannya dengan obat antiretroviral (ARV) yang selalu dikonsumsi oleh sang ibu sebelumnya.

Perlu diketahui, transplantasi organ yang melibatkan pengidap HIV bukanlah kali pertama di dunia. Sebelumnya, tim dokter dari Universitas John Hopkins di AS pernah melakukannya namun sayang penerima donor turut tertular virus HIV.

Dua hal yang menjadi sorotan adalah bahwa kasus tersebut merupakan donor hati pertama di Afrika Selatan dan donor tersebut tidak menularkan virus kepada penerima. Hasil ini tentu melahirkan harapan baru untuk melibatkan pengidap HIV sebagai pendonor organ.

Menjadikan pengidap HIV sebagai pendonor organ akan mampu menutup kekurangan pendonor organ bagi masyarakat dunia yang membutuhkan.

Di lain pihak,  Paul Mee seorang Asisten Profesor Epidemiologi London School of Hygiene and Tropical Medicine menjelaskan kekurangan donor organ yang cocok bagi mereka yang membutuhkan transplantasi adalah masalah utama di seluruh dunia.

"Masalah ini jauh lebih buruk di negara-negara seperti Afrika Selatan dengan tingkat HIV yang tinggi, di mana orang yang terinfeksi biasanya dianggap tidak memenuhi syarat sebagai pendonor karena risiko penularan untuk penerima," tegasnya.

Berita Terkait

Berita Terkini