Info

Wanita Ini Sempat Mati Suri karena Serangan Jantung, Ini yang Dialaminya

Seorang wanita terkena serangan jantung dan meninggal, tetapi 27 menit kemudian ia bangun.

Vika Widiastuti | Rosiana Chozanah

Ilustrasi tangan orang sekarat - (Shutterstock)
Ilustrasi tangan orang sekarat - (Shutterstock)

Himedik.com - Seorang wanita bernama Tina Hines, mengalami mati suri selama 27 menit setelah dirinya terkena serangan jantung mendadak.

Ini terjadi saat dirinya akan pergi naik gunung bersama suaminya, Brian Hines, pada akhir Februari lalu.

Dalam pendakian, tiba-tiba perempuan dari Phoenix, Arizona, ini jatuh di samping suaminya. Melihat itu Brian langsung melalukan CPR atau pertolongan pertama karena melihat sang istri sudah berubah menjadi 'pucat keunguan' sembari menunggu petugas medis datang.

Selama dalam perjalanan ke rumah sakit, Brian dan petugas medis mencoba berulang kali menghidupkan Tina tapi tidak berhasil. Akhirnya Tina dinyatakan meninggal.

Tetapi 27 menit kemudian setelah mendapat intubasi, Tina bangun. Secara cepat ia memberi isyarat untuk menulis sesuatu sehingga dia bisa menuliskan pesan samarnya, 'It's real (Ini nyata)'.

Melansir Daily Mail, seseorang yang sempat mengalami kejadian seperti Tina ini, yang disebut dengan 'nearly death-experience (pengalaman mendekati kematian)' biasanya tidak memiliki ingatan dalam waktu singkat di mana mereka secara teknis meninggal.

Tetapi 10% hingga 20% yang mengalami ini, bisa mengingatnya.

Ilustrasi orang sedang koma (Pixabay/parentingupstream)
Ilustrasi orang sedang koma (Pixabay/parentingupstream)

Banyak laporan tentang pengalaman mendekati kematian ini yang terdengar sama, cahaya putih dan flashback kenangan-kenangan terdahulu.

Tetapi, para ilmuwan telah mencoba untuk mempelajari apa yang sebenarnya terjadi pada otak dan kesadaran ketika seseorang berada di ambang kematian, melansir Livescience.

Dalam sebuah studi baru yang disebut AWARE (AWAreness selama REsuscitation), dokter memeriksa pasien di rumah sakit di Eropa dan Amerika Utara yang mencapai keadaan yang disebut henti jantung.

"Bertolak belakang dengan persepsi populer, kematian bukanlah saat yang spesifik," kata pemimpin penelitian Dr. Sam Parnia dari University of Southampton di Inggris.

"Ini adalah proses yang dimulai ketika jantung berhenti berdetak, paru-paru berhenti bekerja dan otak berhenti berfungsi. Suatu kondisi medis yang disebut henti jantung, yang dari sudut pandang biologis identik dengan kematian klinis."

Dalam dunia medis, dokter menganggap kematian lebih sebagai proses, bukan peristiwa. Seseorang dianggap telah meninggal ketika ia berhenti benapas, jantungnya berhenti berdetak dan aktivitas otak juga berhenti.

"Selama henti jantung, ketiga kriteria itu kematian hadir," kata Parnia.

Menurut International Association for Near Detah Studies, mereka yang penah pernah mengalami ini mengungkapkan pengalaman didominasi oleh perasaan yang menyenangkan seperti kedamaian, sukacita dan kebahagiaan. 

Namun, yang lebih jarang, beberapa orang melaporkan pengalaman mereka didominasi oleh perasaan-perasaan  menyedihkan dan menyakitkan secara emosional seperti ketakutan, teror, kengerian, kemarahan, kesepian, isolasi, atau rasa bersalah.

Inilah mengapa 'pengalaman mendekati kematian' sering kali disebut peristiwa psikospiritual yang mendalam.

Sedangkan dalam studi yang dilakukan pada tikus oleh Universitas Michigan pada 2013 menunjukkan, ada ledakan aktivitas otak pada saat-saat yang biasanya mendahului kematian.

Dengan kata lain, pada saat-saat pertama setelah tubuh mati, otak berperilaku seolah-olah sangat hidup, memiliki pikiran yang kompleks, dan bahkan mungkin 'hiperaktif.'

Para peneliti curiga bahwa ledakan aktivitas otak yang secara mengejutkan terorganisir dan mungkin disadari ini merupakan cara orang memiliki 'penglihatan' menjelang kematian, terutama yang selaras dengan apa yang mereka yakini akan mereka lihat setelah hidup mereka berakhir.

Tetapi sains masih jauh dari konfirmasi yang jelas tentang teori itu.

Berita Terkait

Berita Terkini