Info

Kenali Gaslighting, Perilaku Dominan dan Manipulatif dalam Hubungan

Setiap hubungan memang memiliki pasang surut, namun jika satu orang lebih dominan hingga memanipulasi keadaan mungkin Anda terjebak oleh orang dengan gaslighting.

Yasinta Rahmawati | Fita Nofiana

ilustrasi pasangan manipulatif. - (Pixabay/StockSnap)
ilustrasi pasangan manipulatif. - (Pixabay/StockSnap)

Himedik.com - Gaslighting adalah perilaku psikologi yang merupakan bentuk manipulasi dan pencucian otak terus-menerus. Perilaku tersebut kemudian menyebabkan korban meragukan dirinya sendiri. Pada akhirnya korban akan kehilangan persepsi, identitas, dan harga dirinya.

Sebagai contoh, orang berpeilaku ini biasanya akan membalikkan fakta ketika berada dalam pertengkaran dan berada di posisi salah.

Umumnya mereka akan berkata; "Kamu terlalu sensif/baper" atau "saya selingkuh gara-gara kamu kurang perhatian", dan lain sebagainya.

Jika itu terjadi berulang kali, maka seseorang akan merasa benar-benar menjadi penyebab masalah dalam sebuah hubungan tersebut.

Melansir dari Psychology Today, berikut adalah beberapa contoh gaslighting yang dikutip dari buku saya How to Success Handle Gaslighters & Stop Psychological Bullying.

1. Berbohong dan Membesar-besarkan

Gaslighter (pelaku) menciptakan narasi negatif tentang gaslightee (korban) berdasarkan pada anggapan umum yang keliru. Bukan karena hal objektif atau fakta yang membuat korban berada di posisi defensif.

Ilustrasi pasangan kekasih. (Arkadia Digital Media/Ema Rohimah)
Ilustrasi pasangan kekasih. (Arkadia Digital Media/Ema Rohimah)

2. Pengulangan

Seperti perang psikologis, kepalsuan diulangi terus-menerus untuk tetap menyerang, mengendalikan pembicaraan, dan mendominasi hubungan.

"Kamu ini terlalu sensitif, itu hanya perasaanmu"

Kata-kata diatas yang dilakukan berulang dalam setiap perselisiah akan membuat korban merasa benar-benar sebagai orang yang sensitif. Meskipun ia berada di posisi yang benar.

3. Menyangkal

Ketika mereka dihadapkan dengan fakta, pelaku atau gaslighter akan meningkatkan perselisihan dengan menggandakan dan melipatigandakan serangan kebohongan atau sangkalannya.

Mereka akan menyangkal bukti substantif dengan penyangkalan, menyalahkan, dan lebih banyak klaim palsu untuk menebarkan keraguan dan kebingungan.

“Ketika saya menangkap pacar saya sedang berhubungan seks dengan seseorang, ia dengan datar mengatakan itu tidak terjadi dan mengatakan bahwa saya hanya membayangkan itu semua. Dia memanggilku gila,” kata seseorang yang tidak disebutkan namanya.

Berita Terkait

Berita Terkini