Himedik.com - Memakai masker dalam jangka panjang dianggap bisa mengurangi pasokan oksigen dalam darah. Hal tersebut dinyatakan oleh ahli bedah saraf, Dr. Russell Blaylock.
Dilansir dari The Jerussalem Post, Dr. Russell Blaylock, bahwa efek samping penggunaan masker dalam jangka waktu lama bisa bervariasi setiap orangnya.
Baca Juga
Resmi Rilis, Daftar Antivirus yang digunakan Pasien Covid-19 di Indonesia
Diet Golongan Darah, Apakah Terbukti Menurunkan Berat Badan?
Penglihatan Kabur Disebut Gejala Corona Covid-19? Ini Penjelasan Dokter!
Hati-hati, Mata Berair Bisa Jadi Tanda Lain Virus Corona Covid-19
Studi: Virus Corona Bisa Tertinggal di Permukaan Sprei Pasien Covid-19
Adik Via Vallen Positif Covid-19, Ini Ragam Cara Deteksi selain Rapid Test
"Dapat bervariasi dari sakit kepala hingga peningkatan resistensi saluran napas, akumulasi karbon dioksida, hipoksia, hingga komplikasi serius yang mengancam jiwa," kata Blaylock.
Efek samping bervariasi tergantung pada apakah itu masker kain, masker sekali pakai, maupun masker respirator N95.
Dia menyoroti satu penelitian terhadap 212 petugas kesehatan yang melaporkan mengalami sakit kepala saat menggunakan masker N95. Mereka dilihat durasi sakit kepala, jenis sakit kepala dan apakah memiliki sakit kepala yang sudah ada sebelumnya.

Studi ini menemukan bahwa sekitar sepertiga pekerja mengalami sakit kepala saat menggunakan masker N95, mayoritas memiliki sakit kepala yang sudah ada sebelumnya yang diperburuk oleh penggunaan masker, dan sekitar tiga dari lima orang membutuhkan obat pereda nyeri untuk meredakan sakit kepala.
Meskipun tali pengikat atau tekanan dari masker dianggap sebagai penyebab potensial, bukti menunjukkan sakit kepala disebabkan oleh berkurangnya oksigenasi darah atau peningkatan karbon dioksida dalam darah.
"Diketahui bahwa masker N95, jika dipakai berjam-jam, dapat mengurangi oksigenasi darah sebanyak 20 persen," tulis Blaylock dalam sebuah laporan.

"Ini dapat menyebabkan hilangnya kesadaran, seperti yang terjadi pada orang malang yang mengemudi sendirian di mobilnya mengenakan masker N95, menyebabkan dia pingsan, dan menabrakkan mobilnya," tambahnya.
"Saya yakin bahwa kami memiliki beberapa kasus orang lanjut usia atau orang dengan fungsi paru-paru tertentu yang pingsan dan tentu saja dapat menyebabkan kematian," ungkap Blaylock.
Sebuah studi yang lebih baru meneliti 159 petugas kesehatan antara usia 21 dan 35 menemukan bahwa 81 persen mengalami sakit kepala melalui penggunaan masker.
Studi ketiga mengukur oksigen darah dari 53 ahli bedah menggunakan oksimeter sebelum dan sesudah operasi.
"Para peneliti menemukan bahwa masker mengurangi kadar oksigen darah secara signifikan. Semakin lama durasi memakai masker, semakin besar penurunan kadar oksigen dalam darah," tulis Blaylock.