Info

Terapi Antibodi untuk Covid-19 dalam Tahap Uji Coba, Kapan Selesai?

Terapi antibodi untuk Covid-19 ini disebut lucky triple 5.

Yasinta Rahmawati | Rosiana Chozanah

Medical ventilator yang sangat dibutuhkan para pasien Covid-19. [Shutterstock].
Medical ventilator yang sangat dibutuhkan para pasien Covid-19. [Shutterstock].

Himedik.com - Perusahaan farmasi Eli Lilly and Company mengatakan mereka telah memulai percobaan terapi antibodi pertama pada manusia untuk mengobati Covid-19, pada Senin (1/6/2020).

Fase pertama percobaan akan menguji apakah terapi tersebut aman dan dapat ditoleransi dengan baik, hasilnya diharapkan dapat keluar akhir Juni.

Pasien pertama yang mendapat terapi ini dirawat di rumah sakit di Sekolah Kedokteran Grossman Universitas New York , Cedars-Sinai di Los Angeles dan Emory University di Atlanta.

Perusahaan mengatakan jika hasilnya menunjukkan pengobatan ini efektif terhadap Covid-19, maka metode ini akan tersedia pada musim gugur (September).

"Sampai sekarang, para ilmuwan telah mencoba menggunakan kembali obat-obatan yang dirancang untuk penyakit baru untuk melihat apakah mereka efektif pada Covid-19. Tetapi segera setelah epidemi ini dimulai, kita harus membuat obat baru untuk melawan penyakit ini," kata Dr. Dan Skovronsky , wakil presiden senior dan kepala ilmiah Eli Lilly, dikutip dari CNN Internasional.

"Sekarang kita siap dan mengujinya pada pasien."

Ilustrasi tes antibodi. [Greg Baker/AFP]
Ilustrasi tes antibodi. [Greg Baker/AFP]

Eli Lilly bekerja sama dengan AbCellera, perusahaan bioteknologi dari Kanada untuk mengembangkan metode pengobatan ini.

Ketika seseorang pulih dari penyakit seperti Covid-19, tubuh mereka menghasilkan jutaan protein yang disebut antibodi, yang bertugas melawan penyakit dan membantu mereka pulih.

AbCellera memperoleh sampel darah dari salah satu pasien AS pertama yang telah pulih dari Covid-19, dan perusahaan menyortir jutaan sel pasien ini untuk menemukan ratusan antibodi.

Para ilmuwan di AbCellera dan Pusat Penelitian Vaksin di National Institute of Allergy and Infectious Diseases (NIAID) memilih orang-orang yang mereka pikir paling manjur, sementara para ilmuwan Lilly merekayasa pengobatan, yang dikenal sebagai terapi antibodi monoklonal.

Pendekatan ini telah berhasil untuk mengobati penyakit lain, seperti HIV, asma, lupus, Ebola dan beberapa bentuk kanker.

Tidak jelas apakah terapi seperti itu akan bekerja melawan Covid-19, tetapi ketika perawatan ini digunakan pada sel-sel di laboratorium, antibodi menghalangi kemampuan virus untuk menginfeksi sel, kata Skovronsky.

Hasil ini membuat ilmuwan merasa mendapatkan 'lampu hijau' untuk mengambil langkah berikutnya dan mempersiapkannya pada pasien. Tetapi data dari hasil tersebut belum dipublikasikan.

"Kami menyebutnya LY-CoV555, lucky triple 5," kata Skovronsky.

Berita Terkait

Berita Terkini