Pria

Sakit Parah hingga Hampir Tak Bisa Berjalan, Pria Ini Dipaksa untuk Bekerja

Dia dilaporkan menderita sejumlah penyakit serius.

Vika Widiastuti

Ilustrasi rumah sakit. (Unsplash/Daan Stevens)
Ilustrasi rumah sakit. (Unsplash/Daan Stevens)

Himedik.com - Seorang pria berusia 64 tahun yang menderita berbagai macam penyakit, dipaksa untuk tetap bekerja. Padahal kondisi pria bernama Stephen Smith tersebut sangat buruk. Sekadar berdiri pun dia tak mampu.

Dilansir dari Metro, Senin (4/2/2019), akibat penyakitnya, kini Smith hanya memiliki berat badan sekitar 38 kg. Meski dengan kondisinya yang seperti itu, Stephen tetap harus berjuang melawan keputusan Departemen Pekerjaan dan Pensiun atau Department of Work and Pensions (DWP) yang berulang kali menolak permohonannya.

DWP dilaporkan bersikeras dan menyatakan, Stephen masih sehat dan bisa menemukan
pekerjaannya. Hingga akhirnya, Stephen memenangkan banding setelah seorang hakim di pengadilan melihat kondisinya dengan jelas. Tampak Smith tidak bisa berjalan, apalagi melakukan pekerjaan.

Stephen juga mengatakan bagaimana Tunjangan Pekerjaan dan Dukungan atau Employment and Support Allowance (ESA) miliknya ditolak. Meskipun ada bukti tertulis yang menyatakan, dirinya tak bisa berjalan sejauh 20 meter tanpa pingsan karena sakit atau kelelahan.

Pria asal Kensington tersebut dilaporkan menderita sejumlah penyakit serius dalam beberapa tahun. Penyakitnya yang paling parah di antaranya adalah Penyakit Paru Obstruktif Kronis (PPOK) atau masalah pernapasan parah dan semakin buruk dari waktu ke waktu.

Selain itu, dia juga mengidap Osteoarthritis yang menyiksa, pembesaran prostat, serta menggunakan kantong kolostomi.

Terlepas dari semua itu, Stephen juga gagal dalam penilaian kemampuan kerja DWP pada 2017 yang berarti pembayarannya ESA-nya dihentikan. Dia juga diminta menandatangani kontrak untuk 67 Pound sterling per minggu atau sekitar Rp1,2 juta Jobseeker’s Allowance.

Bukan itu saja, dia juga diminta mengunjungi pusat informasi pekerjaan sekali dalam seminggu dan membuktikan dia sedang mencari pekerjaan. Selama kondisi itu, Stephen mengaku tinggal sendirian dan tidak tahu harus minta tolong siapa saat kesehatannya memburuk.

"Saya hanya bisa ke dapur untuk membuat makanan sekali sehari. Saya tidak bisa berdiri sama sekali dan harus bersandar atau duduk sepanjang waktu, tetapi mereka mengatakan, saya cukup sehat untuk bekerja," ungkapnya.

Stephen mengatakan, dirinya mungkin tidak bisa bertahan jika tak ada pekerja komunitas Tony Nelson dan mantan petugas kesejahteraan dewan kota Terry Craven. Mereka yang membantu Stephen dalam memperjuangkan kasusnya.

Akhirnya hakim pun menyatakan, Stephen memenuhi persyaratan untuk ESA karena masalah kesehatannya. Dalam sebuah pernyataan, juru bicara DWP mengklaim, Stephen, telah menerima semua tunjangan yang menjadi haknya. Dia juga menawarkan dukungan pribadi untuk meningkatkan ketrampilan dan mengatasi masalah kesehatannya.

"Kami berkomitmen untuk memastikan bahwa orang-orang dengan masalah kesehatan mendapatkan dukungan yang menjadi hak meraka dan kami mohon maaf atas pengalaman yang dialami oleh Smith. Mengikuti putusan pengadilan, dia sekarang menerima dukungan ESA penuh. Sementara Smith terus menerima manfaat dan dukungan selama bandingnya, kami dapat mengonfirmasikan bahwa ia akan segera menerima semua pembayaran kembali untuk ESA yang jatuh tempo," isi pernyataan tersebut.

Berita Terkait

Berita Terkini