Pria

Tangannya Tremor Parah, Pria Ini Sembuh setelah Jalani Operasi USG

Karena tremor, ia tak bisa makan menggunakan sendok dan garpu.

Yasinta Rahmawati | Shevinna Putti Anggraeni

Ilustrasi tangan. (pixabay)
Ilustrasi tangan. (pixabay)

Himedik.com - Tremor atau tangan bergetar mungkin bukan suatu kondisi serius. Tetapi, kondisi ini mungkin membuat seseorang kesulitan beraktivitas.

Seperti pria 73 tahun ini yang telah mengalami tremor esensial selama dekade terakhir. Pria ini merasa tangannya akan bergetar tak terkendali, terutama tangan sebelah kanannya.

Karena itu, ia lebih memilih makan menggunakan kedua tangannya langsung tanpa alat makan, seperti sendok dan garpu.

"Saya tidak menggunakan sendok dan garpu agar tak tumpah saat makan. Aku juga makan sandwich menggunakan kedua tanganku langsung agar tak jatuh," kata pasien yang tidak ingin disebutkan namanya dilansir oleh The Washington Post.

Akhirnya, pasien ini pun menjalani operasi untuk mengobati tremornya. Sebelum operasi, ia sempat menjalani pemeriksaan MRI.

Ilustrasi operasi. (Pixabay/skeeze)
Ilustrasi operasi. (Pixabay/skeeze)

Perlu diketahui, tremor esensial adalah penyakit neurologis yang memengaruhi batang tubuh, lengan, leher, kepala hingga suara. Obat digunakan untuk melemahkan gejala, tetapi banyak pasien gagal atau sulit untuk menoleransinya.

Sementara itu, pasien 73 tahun ini sendiri tidak ingin mengonsumsi obat selamanya. Sehingga ia mengobati tremornya melalui operasi.

Kekhasan penyakit ini adalah visibalitas sosial. Orang-orang dengan tremor esensial juga cenderung menarik diri dari masyarakat.

Karena, mereka sadar diri tentang ketidakmampuannya melakukan tugas-tugas sederhana, seperti selalu menjatuhkan makanan, minuman atau benda lain dengan cepat.

"Kondisi ini memalukan dan itu bukan cara saya ingin hidup. Saya tidak bisa menulis nama saya sendiri lagi," ujarnya.

Sehingga, pria ini memutuskan untuk menjalani perawatan medis dengan operasi USG yang dipandu oleh hasil MRI.

Dalam operasi ini, 1.000 pemancar ditempatkan di helm berpendingin air yang menghasilkan gelombang suara. Semua gelombang diarahkan pada satu titik di otak.

Ketika gelombang-gelombang itu bergabung dan meningkatkan suhu jaringan, akhirnya gelombang akan membakar lubang seukuran biji wijen di otak.

Ahli bedah saraf juga menyematkan bingkai logam di kepalanya. Pemindaian MRI baru dilakukan dengan bingkai yang memegang kepalanya di tempat selaras dengan pencitraan otak sebelumnya.

Sehingga cara ini memungkinkan komputer secara tepat menavigasi anatominya dalam ruang 3-D. Jadi, pria ini berbaring di meja MRI dengan kulit kepala yang dilindungi helm.

Setelah perawatan ini selesai, pria ini pun diberi pulpen dan kertas untuk mencoba menuliskan namanya. Hasilnya, pria itu sangat senang bisa menuliskan namanya di kertas menggunakan pulpen dengan lancar atau tanpa tremor.

Berita Terkait

Berita Terkini