Himedik.com - Aviptadil atau RLF-100 obat yang digunakan untuk disfungsi ereksi disebut bisa diberikan untuk merawat pasien Covid-19. Penggunaan obat ini masih menjalani uji klinis, namun sudah dapat digunakan untuk kasus infeksi virus corona darurat.
Melansir dari The Sun, dokter di Rumah Sakit Metodis Houston, Texas menyatakan bahwa aviptadil dapat membantu pria dengan gejala Covid-19 lebih cepat pulih.
Baca Juga
Efek Tak Terduga dari Tertawa, Buat Orang Siap Hadapi Stres
Mandi Air Dingin di Pagi Hari Bikin Lebih Produktif!
Unik, Suara Lebah Dijadikan Metode Relaksasi di Slovenia
Terlihat Sepele, 7 Hal Ini Bisa Timbulkan Masalah pada Vagina
Studi: Latihan Musik Ternyata Tidak Berpengaruh pada Kecerdasan Anak
Studi: Anak yang Memiliki Trauma Masa Kecil Bisa Alami Penuaan Dini
Pada penelitian ini, pasien Covid-19 berumur 54 tahun mengalami gejala parah dan penolakan transplantasi paru ganda. Tetapi ia tak lagi menggunakan ventilator dalam waktu empat hari setelah mendapat perawatan dengan RLF-100 atau aviptadil.
Tak hanya itu, lebih dari 15 pasien Covid-19 yang kritis juga dinyatakan pulih dalam waktu tiga hari setelah pengobatan dengan aviptadil.
Obat ini digunakan di Inggris untuk mengobati disfungsi ereksi. Dalam perawatan Covid-19, aviptadil dikombinasikan dengan phentolamine dan disuntikkan ke dalam kemaluan.
Peneliti Brazil menyatakan, bahwa aviptadil menghentikan penggandaan virus corona di sel paru-paru dan sel kekebalan dalam tes laboratorium.
"Tidak ada agen antivirus lain yang menunjukkan pemulihan cepat dari infeksi virus dan menunjukkan penghambatan laboratorium terhadap replikasi virus," kata Jonathan Javitt pengembang obat Aviptadil dari NeuroRx.
Petugas medis sekarang menunggu hasil uji coba yang melibatkan lima rumah sakit di Amerika Serikat dan 70 pasien Covid-19 yang tidak terlalu parah.
Sayangnya obat ini belum mendapat persetujuan dari Badan Pengawas Obat dan Makanan (FDA) Amerika Serikat. FDA akan memberikan izin ketika pengujian klinis telah dinyatakan lengkap.
Sebelumnya, FDA telah mengizinkan pengunaan remdesivir untuk perawatan Covid-19. Penelitian yang didanai pemerintah Amerika menemukan bahwa pasien yang diobati dengan remdesivir pulih lebih cepat.
"Data menunjukkan bahwa remdesivir memiliki dampak positif yang jelas, signifikan, dalam mengurangi waktu pemulihan," kata Dr. Anthony Fauci, Kepala Institut Nasional Alergi dan Penyakit Menular AS.
Hasil dari uji coba awal menunjukkan remdesivir meningkatkan waktu pemulihan untuk pasien virus corona dari 15 hari jadi 11 hari.
Cara kerja remdesivir mirip dengan efek obat influenza Tamiflu terhadap flu. Tamiflu juga tidak menyembuhkan pasien dengan cepat, tetapi dapat mengurangi masa penyebuhan.
"Apa yang telah dibuktikan dari remdesivir adalah bahwa obat ini dapat memblokir virus corona," tambahnya.
Remdesivir sendiri mulanya dikembangkan untuk mengobati Ebola dan sejak itu ditemukan memiliki kualitas antivirus.