Wanita

Pemerintah Siap Siaga Hadapi Potensi Masuknya Cacar Monyet ke Indonesia

Kementerian Kesehatan juga telah melayangkan surat edaran kewaspadaan terkait penyakit ini.

Vika Widiastuti

Komplikasi yang bisa muncul akibat cacar monyet (Suara.com/Shutterstock)
Komplikasi yang bisa muncul akibat cacar monyet (Suara.com/Shutterstock)

Himedik.com - Setelah ditemukan di Singapura, cacar monyet atau monkeyfox telah menjadi perhatian. Penyakit yang bersumber dari hewan zoonosis ini tergolong langka dan biasanya terjadi di wilayah Afrika.

Pemerintah Indonesia dalam hal ini diwakili Kementerian Kementerian Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (Kemenko PMK) mengaku siap siaga dalam menghadapi potensi masuknya kasus cacar monyet ke Indonesia.

Disampaikan Dr. Tb. A Choesni, Plt. Deputi Peningkatan Kesehatan, Kemenko PMK, sebagai salah satu hotspot penyakit zoonosis dan Penyakit Infeksi Berulang (PIB) di Asia, Indonesia harus selalu waspada dalam menghadapi wabah penyakit yang bisa datang kapan saja dan tidak terduga, seperti kasus monkeypox yang sedang terjadi di Singapura dan berpotensi untuk masuk ke Indonesia.

“Menghadapi ancaman Monkeypox di Indonesia, Pemerintah telah melaksanakan program kemawasan dini mengenai penyakit monkeypox melalui sarana informasi, komunikasi dan edukasi dan sedang menyiapkan surat edaran kewaspadaan monkeypox kepada daerah yang berpotensi tertular," ujar Choesni dalam temu media di Kemenko PMK Jakarta, Selasa (14/5/2019) diberitakan Suara.com.

Cacar monyet alias monkeypox ditemukan di Singapura. (Shutterstock)
Cacar monyet alias monkeypox ditemukan di Singapura. (Shutterstock)

Choesni mengatakan kementerian terkait, yakni Kementerian Kesehatan juga telah melayangkan surat edaran kewaspadaan sehingga daerah perbatasan yang menjadi pintu masuk tamu dari negara lain bisa meningkatkan kewaspadaannya dalam mengantisipasi penyakit ini di Indonesia.

"Kesiapan Indonesia menghadapi zoonosis, Indonesia sudah siap. Kita bisa meningkatkan kapasitas, kita perbaiki kapasitas dalam sistem pemantauan. Kita dalam era revolusi industri 4.0, online sangat membantu kita sistem pemantauan, pengendalian dan pencegahan harus didasari sistem. Kita punya 34 provinsi, kesehatan termasuk tugas yang harus dilakukan pemerintah kabupaten atau kota," ujar Choesni.

Dalam kesempatan yang sama, Prof Ali Gufron, selaku Direktur Jenderal Sumber Daya Ilmu Pengetahuan Teknologi dan Pendidikan Tinggi, Kemenrisdikti menjelaskan bahwa infeksi cacar monyet ini umum terjadi di Afrika dan ditularkan dari hewan ke manusia. Dari segi SDM, Indonesia, kata dia telah memiliki ahli epidemiologi untuk mengatasi distribusi, penularan penyakit bersumber hewan seperti cacar monyet ini.

"Kemenko PMK didukung oleh INDOHUN (One Health University Network) melatih petugas lapangan agar lebih siap lagi menghadapi wabah zoonosis. Kita juga ingin laboratorium cukup sehingga skill-nya untuk mendeteksi penyakit termasuk penyakit yang berasal dari hewan memadai," tandasnya.

Persiapan untuk menghadapi cacar monyet masuk ke Indonesia sudah dilakukan untuk siaga karena potensi menyebarnya penyakit tersebut ke Indonesia. (Suara.com/Firsta Nodia)

Berita Terkait

Berita Terkini