Anak

Viral! Kisah Anak yang Ingin Bunuh Diri karena Sering Dimarahi

Hanya karena tulisannya jelek, ia dicap bodoh dan sering dimarahi.

Rauhanda Riyantama | Dwi Citra Permatasari Sunoto

Cuitan guru tentang curhatan muridnya yang ingin bunuh diri karena sering dimarahi. (twitter/lovoti)
Cuitan guru tentang curhatan muridnya yang ingin bunuh diri karena sering dimarahi. (twitter/lovoti)

Himedik.com - Anak adalah investasi orangtua. Meskipun orangtua telah merawat dan mendidiknya dari bayi hingga dewasa, bukan berarti bisa bersikap seenaknya.

Banyak kasus orangtua menuntut anak sesuai dengan kemauan mereka. Misalnya ingin anak sekolah kedokteran, guru, arsitek, dan lain sebagainya.

Jika nilai tak bagus, anak akan kena marah. Padahal sang anak sudah berusaha keras untuk belajar. Namun, di mata orangtua bahkan guru sekali pun, hal itu seperti tak pernah cukup dan tak ada harganya.

Salah satu contohnya seperti cuitan seorang guru yoga bernama Amalia Paravoti tentang muridnya yang sering dimarahi orangtua dan gurunya ini. Masih berusia 10 tahun, dia pernah berkata bahwa ingin bunuh diri karena sering kena marah.

Menurutnya anak berinisial R ini sebenarnya sangat pintar. Hobinya membaca buku bertema science atau ensiklopedia dan R memiliki cita-cita ingin membuat robot.

Sayangnya tulisan dia jelek dan hal itu menjadi masalah di sekolahnya yang memiliki tuntutan akademik tinggi. Alhasil, gurunya selalu memarahinya dan sebagai hukuman dia diberi tambahan pelajaran di akhir sesi sekolah.

Tak berhenti sampai di situ, mamanya sering dipanggil di sekolah hanya gara-gara tulisan R jelek. Dia dicap bodoh dan hal itu membuatnya benci sekolah.

Ironisnya, papanya gampang marah dan suka melontarkan kata kasar pada R. Banyaknya tekanan yang diterima R ini membuatnya bilang ingin bunuh diri. Berikut cuitan lengkap dari akun twitter @lovoti atau klik di sini.

Cuitan guru tentang curhatan muridnya yang ingin bunuh diri karena sering dimarahi. (twitter/lovoti)
Cuitan guru tentang curhatan muridnya yang ingin bunuh diri karena sering dimarahi. (twitter/lovoti)

Dari kisah di atas agaknya kita bisa mengambil pelajaran bahwa nantinya jika menjadi orangtua sayangilah anak dengan sepenuh hati. Marah itu wajar tapi jangan sampai melukai hatinya.

Usai marah, cobalah untuk minta maaf dan katakan bahwa kita menyayanginya. Jelaskan bahwa marah adalah bentuk emosi sesaat dan sebagai bentuk nasihat supaya anak tak mengulangi kesalahan yang sama.

Sebagai orangtua, tidak perlu gengsi meminta maaf karena dari situ anak merasa dihargai dan disayangi terutama setelah mereka dimarahi.

Berita Terkait

Berita Terkini