Anak

Kejang hingga Berhalusinasi, Balita Didiagnosis Gangguan Otak yang Langka

Dia ketakutan melihat sosok yang tak terlihat oleh orang lain.

Vika Widiastuti | Eleonora Padmasta Ekaristi Wijana

Grace Smolinksi (tengah) - (Facebook/Erin Grogan Smolinski)
Grace Smolinksi (tengah) - (Facebook/Erin Grogan Smolinski)

Himedik.com - Seorang balita berumur 3 tahun mengalami kejanggalan berupa kejang hingga halusinasi. Setelah diperiksa, ternyata ia menderita gangguan otak yang langka.

Grace Smolinski, bocah asal Illinois itu, sempat kejang dalam beberapa minggu. Lalu suatu hari, Grace tiba-tiba kejang selama tujuh menit dan kehilangan kemampuan untuk berbicara menggunakan kalimat yang lengkap.

Orang tuanya ketakutan melihat kejadian tersebut. Grace pun segera dilarikan ke Lurie Children’s Hospital. Di sana kemampuan bicaranya mulai menurun.

"Dalam beberapa jam setelah sampai ke Lurie, kemampuannya berbicara mulai menurun," kata Erin Smolinski, ibu Grace, kepada SWNS.

"Dia adalah anak yang sangat suka ngomong dan bisa menceritakan sesuatu dengan lengkap, menggunakan kalimat lengkap. Namun dia jadi cuma bisa mengucapkan suku kata. Yang tadinya bisa nyanyi seluruh lagu dari film Moana, tiba-tiba dia jadi susah mengucapkan 'Moana'."

Smolinski mengatakan, kondisi putrinya terus memburuk dan mulai mengalami kesakitan serta mudah marah.

"Dia seperti berpikir ada orang lain di dalam ruanga, dan dia tampak takut pada orang itu," kata Smolinski kepada SWNS.

"Itu menakutkan. Saya bertanya-tanya, apa yang dilihatnya. Para perawat mengatakan kepada saya bahwa dia kemungkinan mengalami halusinasi."

Mengutip Fox News, Jumat (25/1/2019), Smolinski mengatakan, putrinya didiagnosis mengidap ensefalitis autoimun. Bocah tersebut bahkan pernah mengalami serangan jantung dan harus masuk ICU, di mana kejangnya berlanjut lebih hebat lagi.

"Saya merasa hancur melihat 20 orang bekerja, mencoba membenahi kesalahan pada diri Grace," katanya kepada SWNS.

"Dia diintubasi dan saya tak akan pernah melupakan bayangan itu," lanjutnya.

Dua minggu kemudian, Grace kembali ke rumah kepada orang tua dan dua saudara kandungnya. Ia diberi obat kemoterapi dosis bulanan agar tidak kambuh.

Dirinya juga telah kembali ke preschool, dan ibunya mengatakan, keluarganya tidak melihat ada masalah kognitif. "Kami merasa beruntung setiap hari," katanya.

Menurut Pusat Informasi Penyakit Genetik dan Langka (GARD), ensefalitis autoimun adalah sekelompok kondisi yang terjadi ketika sistem kekebalan tubuh keliru menyerang sel-sel otak yang sehat, yang mengarah ke peradangan otak. Pasien mungkin mengalami gejala neurologis atau kejiwaan, termasuk kejang, psikosis, masalah bicara, serangan panik, ketakutan, dan lain-lain. Perawatan biasanya akan mencoba mengatasi dengan terapi imunosupresif intravena.

Berita Terkait

Berita Terkini