Himedik.com - Hampir 1.000 anak dan remaja di Madagaskar meninggal akibat campak. Badan Kesehatan Dunia (WHO) mengatakan, upaya imunisasi campak tak boleh lagi diremehkan dan ditunda.
Laporan terbaru menyebut 922 anak dan remaja meninggal karena campak di Madagaskar sejak Oktober 2018. Saat ini, total kasus campak yang terjadi di Madagaskar mencapai lebih dari 66.000 kasus.
Baca Juga
Pasutri Ini Biarkan Anaknya Tenggelam lalu Taruh Tubuhnya di Larutan Asam
Seperti Kakak Iparnya, Meghan Markle Ingin Jalani Persalinan Secara Alami
Sekarat, Ibu Ini Dibawa ke Pantai Melihat Matahari Terbenam Terakhir Kali
Cek! Ini Bedanya Nyeri Dada Biasa dengan Gejala Serangan Jantung
Ingin Segera Punya Cucu, Ibu Mertua Ini Nekat Bolongi Kondom Anak
Dikutip Suara.com dari Reuters, Madagaskar merupakan salah satu negara miskin di Afrika, dengan cakupan imunisasi yang rendah. Pada tahun 2017, hanya 58 persen populasinya yang mendapatkan vaksinasi campak.
Dr. Katrina Kretsinger, pakar imunisasi WHO mengatakan rendahnya angka cakupan imunisasi juga disebabkan karena lengahnya pengawasan akibat wabah campak yang terakhir terjadi pada tahun 2003.
Saat ini, respons darurat sudah berhasil mengimunisasi 2,2 juta dari total 26 juta populasi di Madagaskar.
"Kami percaya bahwa wabah ini bisa ditangani meski membutuhkan waktu yang lama," ujar Kretsinger.
Di sisi lain, kemiskinan dan malnutrisi jadi penghambat program imunisasi campak di Madagaskar. Madagaskar merupakan negara Afrika dengan tingkat malnutrisi tertinggi, mencapai 47 persen.
Kondisi ini menyebabkan risiko komplikasi dan kematian akibat campak meningkat drastis.
Campak sendiri merupakan penyakit infeksi yang sangat mudah menular. Campak bisa menyebabkan kematian, ataupun komplikasi berbahaya lainnya seperti kebutaan, pembengkakan otak, pelemahan sistem imun, hingga pneumonia. (Suara.com/M. Reza Sulaiman)