Anak

Studi Baru, HIV Bisa Dipakai Obati Penyakit Bubble Boy

Bayi penderita bubble boy tak bisa melawan infeksi yang ringan sekalipun.

Agung Pratnyawan | Eleonora Padmasta Ekaristi Wijana

Ilustrasi HIV - (Shutterstock)
Ilustrasi HIV - (Shutterstock)

Himedik.com - Sebuah penelitian baru-baru ini menunjukkan bahwa human immunodeficiency virus (HIV) bisa jadi bermanfaat untuk mengobati imunodefisiensi yang parah. Kondisi ini juga dikenal dengan nama SCID atau "penyakit bubble boy".

Menurut American Academy of Allergy Asthma & Immunology (AAAAI), bubble boy adalah penyakit imunodefisiensi primer (PIDD) bawaan yang biasanya muncul pada bayi dan menyebabkan kondisi defisiensi imun yang parah.

Dengan kata lain, sistem kekebalan tubuh lemah dan bahkan tidak mampu melawan infeksi ringan. AAAAI juga mencatat bahwa penyakit itu dianggap sebagai PIDD paling serius.

Namun kini para dokter tampaknya telah menemukan cara untuk menyembuhkan penyakit yang lebih sering menyerang bayi laki-laki itu, yakni melalui terapi gen.

Terapi itu dilakukan dengan memasukkan gen korektif ke dalam sel pasien dengan HIV yang telah diprogram ulang, sehingga tidak akan menyebabkan AIDS atau meningkatkan risiko leukemia.

Ilustrasi bocah laki-laki - (Pixabay/StockSnap)
Ilustrasi bocah laki-laki - (Pixabay/StockSnap)

Diberitakan People, Kamis (18/4/2019), penelitian ini dilakukan pada delapan bayi dengan variasi penyakit SCID-X1. Studi dari para peneliti di St Jude Children’s Research Hospital di Memphis, Tennessee ini dipublikasikan pada Rabu lalu dalam The New England Journal of Medicine.

Menjelang terapi gen, selama dua hari bayi diberi busulfan dosis rendah. Penulis pertama studi tersebut, Ewelina Mamcarz, mengatakan pada CNN, "Hasilnya benar-benar luar biasa untuk pasien kami."

Selama terapi, dokter mengambil sel punca dari sumsum tulang pasien sebelum menggunakan salinan virus HIV yang dimodifikasi secara medis sebagai "vektor" untuk memasukkan salinan sehat gen IL2RG yang telah dimutasi, ke dalam sel bayi, lalu memasukkan koleksi sel itu kembali pada bayi.

"Ini berasal dari HIV, tetapi benar-benar sudah bukan HIV lagi ketika dimasukkan," jelas peneliti lain dari studi itu, Morton Cowan.

Berita Terkait

Berita Terkini