Himedik.com - Bencana kabut asap di Kalimantan dan Sumatera menimbulkan banyak dampak buruk, salah satunya penyakit yang dapat menyebabkan kematian.
Seorang bayi dari pasangan Evar Zendrati dan Lasmayani Zega asal Pekanbaru, Riau, ini meninggal tiga hari setelah dilahirkan pada Kamis (19/9/2019) kemarin.
Baca Juga
Kabut Asap Sebabkan Mata Perih dan Merah, Atasi dengan 7 Langkah Ini!
7 Langkah Cegah Dampak Kesehatan dari Kabut Asap, Lakukan Sekarang!
Studi Sebut Dampak Polusi Udara Seperti Merokok Sebungkus Sehari
Benarkah Tanaman Hijau Dapat Atasi Masalah Polusi Seperti di Jakarta?
Ketahui Dampak Polusi Udara pada Otak, Jangan Disepelekan!
Bayi seberat 2,8 kilogram dan belum dinamai itu sebelumnya mengalami batuk, pilek dan demam tinggi hingga 41° celcius.
"Dokter bilang anak saya terdampak virus akibat kabut asap," jelas Evan seperti dilansir Suara.com dari Antara.
Evan menambahkan, putranya meninggal saat dalam perjalanan menuju ke Rumah Sakit Syafira, Pekanbaru.
"Anak dan istri saya normal waktu lahiran kemarin. Keduanya dinyatakan sehat oleh bidan," sambungnya.
Berdasarkan The Asianparent Singapura, bayi baru lahir sangat rentan dan memiliki sistem kekebalan yang lemah. Oleh karenanya, penting diketahui sistem pernapasan mereka juga lebih rentan terhadap kualitas udara buruk.
Agar tidak lagi korban bayi dari bencana kabut asap, berikut beberapa langkah untuk melindungi buah hati dari kabut asap.
- Tutup pintu dan jendela agar kabut tidak masuk.
- Nyalakan kipas angin atau AC agar ruangan tetap sejuk dan nyaman.
- Pastikan saringan udara berfungsi secara optimal dan tidak penuh debu yang terperangkap.
- Nyalakan alat pembersih udara untuk membantu meningkatkan kualitas udara dalam ruangan, terutama di area rumah yang tidak memiliki AC.
"Menjaga bayi di kamar ber-AC sepanjang hari aman selama termostat diatur pada 22- 24 derajat Celcius dan bukan 18-19 derajat," ungkap Associate Professor Victor Samuel Rajadural, Kepala dan Konsultan Senior, Departemen Neonatalogi, Rumah Sakit Wanita dan Anak-anak KK (KKH).