Anak

Tak Ingat Kedua Orangtuanya, Gadis Ini Diduga Stres akibat Tugas Sekolah

Gadis 17 tahun diduga stres akibat tugas sekolah sampai tak ingat kedua orangtuanya setelah kejang-kejang.

Yasinta Rahmawati | Shevinna Putti Anggraeni

Ilustrasi anak hilang ingatan (Pixabay/Wokandapix)
Ilustrasi anak hilang ingatan (Pixabay/Wokandapix)

Himedik.com - Remaja 17 tahun asal Kent, Rafaela Domingos mengalami kejang di sekolahan sampai hilang ingatan. Rafaela Domingos sampai dilarikan ke rumah sakit lalu tak bisa mengenali kedua orangtuanya setelah tersadar.

Setelah beberapa waktu mengalami kejang di sekolah, Rafaela justru tak mengenal kedua orangtuanya saat sadar. Beberapa jam kemudian ingatan Rafaela pun kembali.

Tetapi, ingatan Rafaela kembali hilang dan mengenali kedua orangtuanya ketika bangun tidur esok harinya. Sehingga ia pun kembali di bawa ke rumah sakit.

Tim medis pun sempat mengira kondisi yang dialami oleh Rafaela Domingos karena stres akibat pekerjaan rumah atau tugas sekolahnya.

"Itu bagaikan mimpi buruk bagi setiap orangtua, karena dia tidak bisa mengingat saya dan ayahnya sendiri. Ada ketakutan kalau dia kehilangan ingatan rasanya seperti kami kehilangan dia," kata Florbela, ibu Rafaela dikutip dari mirror.co.uk.

Amnesia dan hilang ingatan akibat gegar otak karena kecelakaan. (Shutterstock)
Amnesia dan hilang ingatan akibat gegar otak karena kecelakaan. (Shutterstock)

Dokter mengira kondisi Rafaela disebabkan oleh stres tugas sekolah setelah mendengar cerita dari kedua orangtuanya. Florbela mengatakan tingkah laku anaknya belakangan memang sedikit aneh, salah satunya berjalan sambil tidur.

Tak hanya itu, kedua orangtuanya juga sering melihat Rafaela melamun dan kejang, Tetapi, Rafaela mengalami kejang paling parah di sekolahnya tersebut.

Karena ingatan Rafaela terkadang hilang dan kembali lagi, dokter lantas menduga ada sesuatu yang lebih serius. Akhirnya, dokter terus melakukan pemeriksaan terhadap penyebab hilangnya ingatan Rafaela.

Setelah melakukan sejumlah pemeriksaan, dokter akhirnya mendiagnosis Rafaela menderita ensefalitis atau pembengakakan otak berat.

Tetapi, dokter belum mengetahui penyebab Rafaela menderita pembengkakan otak. Karena penyakitnya itu Rafaela membutuhkan perawatan katatonik yang merupakan perubahan plasma keseluruhan.

"Awalnya dia menjalani pengobatan anti-inflamasi dan mendapat tusukan lumbar. Tetapi, pengobatan itu tidak berhasil dan penyebab penyakitnya sendiri belum diketahui," ujar sang ibu.

Setelah menjalani pengobatan dan radioterapi, Rafaela mulai bisa menggerakkan lengannya. Bahkan dia bisa kembali tersenyum meski ingatannya belum kembali.

Sejak pertama kali didiagnosis, Rafaela sudah menjalani perawatan di rumah sakit selama 2 bulan dan harus minum obat 26 tablet sehari. Rafaela pun perlahan kembali hidup dan ia sangat bersyukur penyakitnya didiagnosis sejak masih awal.

Berita Terkait

Berita Terkini