Anak

Berkaca dari Kasus ABG Bunuh Bocah, Orangtua Perlu Batasi Tontonan Anak

Kasus pembunuhan bocah 6 tahun di Sawah Besar yang terinspirasi dari film mestinya jadi pembelajaran para orangtua.

Yasinta Rahmawati | Shevinna Putti Anggraeni

Ilustrasi menonton film. (unsplash)
Ilustrasi menonton film. (unsplash)

Himedik.com - Kasus ABG bunuh bocah 6 Tahun di Sawah Besar sedang menjadi perbincangan. Pelaku mengaku melakukan tindakan sadisnya karena sudah lama menahan hasrat membunuh.

Pelaku yang seorang gadis ABG (15) inisial NF ini pun masih dalam proses pemeriksaan kejiwaan.

NF kepada polisi mengaku melakukan pembunuhan itu karena terinspirasi dari film horor sadis Chucky dan Slender Man. Kedua film tersebut menampilkan adegan pembunuhan dan menyakiti orang, terutama anak-anak.

"Tersangka ini sering menonton film horor. Salah satunya Chucky, Slender Man. Film favorit pelaku Slender Man film tentang pembunuhan remaja," kata Kepala Bidang Hubungan Masyarakat Polda Metro Jaya Kombes Yusri Yunus di Mapolrestro Jakarta Pusat, Sabtu (7/3/2020).

Bahkan NF pun merasa puas dan tidak menyesal setelah melakukan pembunuhan terhadap bocah 6 tahun. Karena itu, polisi perlu memeriksa kondisi psikologis NF oleh dokter ahli.

Di samping itu, kasus pembunuhan oleh NF ini mestinya menjadi pembelajaran bagi semua orangtua. Orangtua perlu menyadari bahwa anak belajar dengan cara meniru apapun yang dilihatnya, baik dari interaksi sosial, kehidupan keluarga hingga tayangan film atau TV.

Karena, jaringan otak yang mendukung pembelajaran interaktifnya sudah mulai berkembang sejak lahir. Sehingga orangtua tidak hanya perlu menjaga sikap dan menciptakan lingkungan yang baik, tetapi juga perlu mengawasi tontonan anak sejak kecil.

Salah satu gambar penyiksaan yang digambar di buku harian pelaku saat ditampilkan di Polres MetroJakarta Pusat, Kemayoran, Jakarta Pusat, Sabtu (7/3). [Suara.com/Alfian Winanto]
Salah satu gambar penyiksaan yang digambar di buku harian pelaku saat ditampilkan di Polres MetroJakarta Pusat, Kemayoran, Jakarta Pusat, Sabtu (7/3). [Suara.com/Alfian Winanto]

Umumnya dilansir oleh Hello Sehat, dokter spesialis anak dan pakar kesehatan anak dari seluruh dunia sepakat bahwa durasi nonton TV atau film yang ideal untuk anak usia 2 tahun ke bawah harus kurang dari 1 jam setiap hari.

Sedangkan, anak-anak usia 2 tahun ke atas maksimal menonton TV atau film selama 2 jam per hari. Karena, kelamaan menonton TV atau film bisa menyebabkan dampak buruk bagi anak.

Anak yang menonton TV atau film lebih daru 4 jam per hari, biasanya mengalami obesitas. Sebab, mereka akan cenderung mengemil sambil duduk menonton tayangan TV atau film selama berjam-jam.

Selain obesitas, anak juga berisiko menderita penyakit kronis lain, seperti diabetes dan jantung ketika tumbuh dewasa.

Stusi dalam Urban Child's Institute telah menunjukkan bahwa terlalu banyak menonton TV atau film tidak hanya berdampak negatif pada kesehatan anak, tetapi juga perkembangan perilakunya.

Karena, tayangan kartun anak yang memperlihatkan adegan kekerasan juga berisiko memicu perilaku agresif pada anak. Kebiasaan menonton film kartun kekerasan juga mungkin membuat anak tumbuh menjadi antisosial dan psikopati.

Apalagi anak kecil belum bisa membedakan mana yang benar dan salah. Sehingga tayangan TV atau film yang memperlihatkan kekerasan, pertengkaran hingga pelecehan seksual bisa menanamkan pemikiran pada anak di bawah umur bahwa itu hal wajar atau normal.

Pada akhirnya, anak dengan rasa ingin tahu tinggi bisa meniru adegan dalam film di kehidupan nyata. Oleh sebab itu, orangtua perlu menyortir tontonan anak sejak dini.

Berita Terkait

Berita Terkini