Anak

Otak dan Psikologis Anak Terancam Jika Berlebihan Bermain Ponsel

Penting bagi anak untuk beristirahat dari bermain ponsel atau gadget mana pun.

Yasinta Rahmawati | Rosiana Chozanah

Ilustrasi anak main HP (Pixabay/Andi_Graf)
Ilustrasi anak main HP (Pixabay/Andi_Graf)

Himedik.com - Belajar di rumah membuat anak-anak lebih banyak menghabiskan waktu mereka bermain gadget. Padahal, terlalu lama bermain ponsel dapat memengaruhi psikologis mereka.

Jadi, penting bagi mereka untuk beristirahat dari ponsel atau gadget mana pun.

Dilansir Telegraph, berikut bagaimana penggunaan ponsel atau gadget berdampak terhadap otak dan kesejahteraan psikologis anak-anak:

1. Masalah konsentrasi

Profesor psikologi kognitif di Universitas Utrecht, Belanda, Stefan Van Der Stigchel, menjelaskan bahwa pembelajaran online lebih sulit bagi anak-anak karena mereka memiliki banyak energi motorik yang perlu dikeluarkan.

"Anak laki-laki khususnya, mungkin menghabiskan begitu banyak konsentrasi untuk mencoba tetap diam selama belajar, mereka tidak memiliki energi yang tersisa untuk mendengarkan apa yang diajarkan," tuturnya.

Ilustrasi anak bermain gadget
Ilustrasi anak bermain gadget (Shutterstock)

2. Kecanduan

Beberapa ahli percaya bahwa ponsel sama adiktifnya dengan junk food.

Dosen kesehatan anak dan psikolog Aric Sigman, khawatir bahwa ponsel dapat mengalihkan anak-anak dari aktivitas penting lain, seperti olahraga dan sosialisasi tatap muka, yang penting untuk perkembangan mereka.

"Kekhawatirannya adalah apakah penggunaan (ponsel) yang intensif ini akan menjadi masalah ketergantungan pada level yang lebih tinggi setelah lockdown berakhir," ujar Sigman.

3. Harga diri jatuh

Penelitian terbaru oleh Education Policy Institute menemukan adanya hubungan antara penggunaan media sosial berat dengan kesejahteraan dan harga diri yang buruk di antara kaum muda.

Terlebih pada anak gadis yang banyak menderita depresi dan putus asa.

"Selama lockdown, anak-anak menghabiskan lebih banyak waktu di media sosial. Tanpa pertemuan langsung di kehidupan nyata, mereka dapat berpikir, "Hidupku tidak seperti itu. Apa yang kurang dari ku?'," tandas psikolog klinis anak Angharad Rudkin.

Berita Terkait

Berita Terkini