Info

Kaya Protein, Ikan Mujair Juga Bisa Picu 3 Bahaya Kesehatan Ini

Supaya bisa dijual miring, peternak nila dan mujair bisa jadi juga pakai cara yang murah.

Rima Sekarani Imamun Nissa | Eleonora Padmasta Ekaristi Wijana

Ilustrasi masakan ikan mujair - (Pixabay/graomogo)
Ilustrasi masakan ikan mujair - (Pixabay/graomogo)

Himedik.com - Tak hanya enak dan murah, ikan tilapia juga merupakan sumber protein yang bagus. Namun, siapa sangka, ikan yang jenisnya termasuk mujair dan nila ini juga memicu bahaya kesehatan?

Menurut Healthline, 100 gram mujair ataupun nila mengandung 26 gram protein dan hanya 128 kalori. Selain itu, tilapia kaya akan niasin, vitamin B12, fosfor, selenium, dan kalium.

Tilapia juga merupakan sumber protein tanpa lemak, dengan hanya 3 gram lemak per sajian. Namun, meski sedikit, jenis lemak pada ikan inilah yang menjadi salah satu penyebab dampak buruknya.

Berikut tiga bahaya kesehatan yang bisa dipicu oleh ikan tilapia, baik mujair ataupun nila, dikutip HiMedik.com dari Healthline:

Ilustrasi masakan ikan mujair - (Pixabay/joeclub_ake)
Ilustrasi masakan ikan mujair - (Pixabay/joeclub_ake)

1. Inflamasi

Ikan tilapia hanya mengandung 240 mg asam lemak omega-3 per sajian, sepuluh kali lebih sedikit dari salmon liar. Kandungan asam lemak omega-6 ikan ini lebih banyak daripada omega-3.

Healthline menyebutkan, asam lemak omega-6 sangat kontroversial, tetapi umumnya dianggap kurang sehat daripada omega-3. Beberapa orang bahkan percaya, asam lemak omega-6 berbahaya dan meningkatkan inflamasi atau peradangan, jika dimakan berlebihan.

2. Penyakit bawaan makanan

Karena permintaan konsumen akan nila dan mujair terus meningkat, peternakan ikan tilapia dijalankan dengan metode yang hemat biaya, untuk menghasilkan produk yang relatif murah bagi konsumen.

Beberapa laporan selama 10 tahun terakhir bahkan mengungkapkan sejumlah perincian mengenai praktik peternakan nila dan mujair, terutama yang berlokasi di China.

Sebuah laporan dari Badan Pengawas Obat dan Makanan Amerika Serikat (FDA) mengungkapkan bahwa ikan yang dibudidayakan di China diberi makan kotoran hewan ternak.

Ilustrasi kolam mujair - (Pixabay/sarangib)
Ilustrasi kolam mujair - (Pixabay/sarangib)

Meskipun praktik ini menurunkan biaya produksi, bakteri seperti Salmonella yang ditemukan dalam kotoran hewan bisa mencemari air dan meningkatkan risiko penyakit bawaan makanan atau foodborne diseases.

3. Kanker

Artikel lain melaporkan bahwa FDA menolak lebih dari 800 pengiriman makanan laut dari China sejak 2007 hingga 2012, termasuk 187 pengiriman ilan nila dan mujair.

Disebutkan, ikan tersebut tidak memenuhi standar keamanan, karena tercemar bahan kimia yang berpotensi berbahaya, termasuk residu obat hewan dan bahan tambahan yang tidak aman.

Seafood Watch dari Monterey Bay Aquarium juga melaporkan bahwa beberapa bahan kimia yang diketahui menyebabkan kanker dan efek toksik lainnya masih digunakan di peternakan tilapia di China meskipun beberapa di antaranya sudah dilarang sejak lebih dari 10 tahun yang lalu.

Berita Terkait

Berita Terkini