Info

Digunakan untuk Bungkus Makanan, Amankah Styrofoam untuk Kesehatan?

Styrofoam dikenal memiliki dua kandungan yang berbahaya.

Yasinta Rahmawati | Fita Nofiana

Styrofoam. (unsplash)
Styrofoam. (unsplash)

Himedik.com - Memiliki kandungan yang berbahaya, styrofoam masih dijadikan pembungkus makanan di Indonesia. Padahal selain tak baik untuk lingkungan, styrofoam memiliki efek samping pada kesehatan jika dijadikan sebagai pembungkus makanan.

Melansir dari Hello Sehat, styrofoam mengandung zat yang berhaya, yakni benzane dan styrene. Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) telah menunjukkan bahwa benzane dapat memicu tumbuhnya sel kanker. Sementara styrene memiliki dampak umum pada kesehatan.

Sementara kandungan styrofoam, yakni styrene bisa menjadi masalah bagi kesehatan jika berpindah ke makanan yang Anda konsumsi. Perpindahan zat ini bisa menyebabkan gangguan saraf, sakit kepa, leukimia, limfoma, hingga mengganggu perkembangan janin.

Perpindahan zat berbahaya pada styrofoam sendiri bisa dipengaruhi oleh beberapa konisi, antara lain:

  1. Suhu Makanan: Semakin tinggi suhunya maka kemungkinan perpindahan zat  akan semakin tinggi. 
  2. Lama Kotak dengan Makanan: Semakin lama makanan berada dalam wadah styrofoam, maka semakin memungkinkan kesempatan perpindahan zat bahaya ke makanan.
  3. Lemak Makanan: Semakin makanan yang dibungkus dengan styrofoam berlemak, maka akan semakin memngkinkan perpindahan zat berbahaya ke makanan.

 

Ilustrasi sampah styrofoam. (Shutterstock)
Ilustrasi sampah styrofoam. (Shutterstock)

Meskipun styrofoam memeliki kandungan yang berbahaya untuk kesehatan, namun styrofoam yang ada di pasaran umumnya tergolong aman.

Dalam hal ini, WHO menunjukkan bahwa kandungan styrene hanya akan berbahaya pada kesehatan jika melebihi  5000 ppm di dalam tubuh.

"Sementara kemasan makanan atau styrofoam yang sering dipakai untuk menyimpan makanan hanya mengeluarkan styrene sebanyak sekitar 0,05 ppm," catat Hello Sehat.

Berita Terkait

Berita Terkini