Pria

Bentuk Tubuh bak Atlet, Pria Ini Lakukan Diet Ular

Ketahui apa itu diet ular di sini

Angga Roni Priambodo | Yuliana Sere

Diet ular. (youtube/Snake Diet)
Diet ular. (youtube/Snake Diet)

Himedik.com - Phil Flock (28), seorang pria asal Jerman yang mengubah tubuhnya dalam waktu dua bulan dengan mengikuti diet ular yang terkenal kontroversial.

Ia bahkan telah merencanakan ini dari Natal tahun lalu. Tidak makan apa-apa sepanjang hari dan hanya mengonsumsi satu minuman di malam hari.

Diet ini ia lakukan lantaran jadwal kerja yang padat sehingga sulit baginya untuk olahraga.

Menurut ahli nutrisi, Ruth Tongue, pendiri Elevate, diet jenis ini harus dihindari. Ini sangat berbahaya bagi tubuh karena bisa menyebabkan konsekuensi kesehatan yang serius.

Lalu apa sebenarnya diet ular itu?

Dilansir dari metro.co.uk, diet ini pada dasarnya berpuasa hingga tiga hari sekaligus dan hanya mengonsumsi jus ular dalam satu hingga dua jam.

Pria berotot. (YouTube)
Pria berotot. (Pinterest)

Jus ini terdiri dari air, garam, kalium klorida, soda kue dan magnesium sulfat garam. Diklaim bahwa minuman ini bisa menguras kadar gula di hati.

Ini kemudian bisa mendorong tubuh untuk membakar lemak sebagai energi. Ruth mengingatkan, ketika kita tidak makan, kadar gula darah kita turun drastis.

Efeknya kita kekurangan energi, tidak dapat fokus dan murung. Tidak hanya itu, fungsi tubuh seperti kesuburan juga akan berhenti ketika tubuh mencoba untuk menghemat energi.

Siapa pun yang mencoba diet akan tahu bahwa tidur dengan rasa lapar memengaruhi tidur, dan kombinasi jus ular ini akan buat kamu lebih sering ke toilet.

Menjalani diet ular, Phil hanya makan satu kali dalam beberapa hari. Dia mengatakan hasilnya bisa dilihat hanya dalam waktu satu minggu. Namun ia mengalami muntah ketika baru menjalaninya.

Matt Durkin MSC, ahli gizi ahli di Simply Supplements juga tidak merekomendasikan untuk berpuasa selama lebih dari 48 jam.

''Ada banyak alasan untuk ini. Pertama, karena kamu tidak mengonsumsi makanan, kamu pasti akan kekurangan energi dan tidak mungkin memenuhi semua persyaratan mikronutrien.

''Ini kemungkinan berdampak negatif terhadap fungsi kekebalan tubuh, dan metabolisme serta berbagai fungsi tubuh normal lainnya,'' ungkapnya.

Berita Terkait

Berita Terkini