Wanita

Divonis Hidupnya Tak Lama karena Kanker, Wanita Ini Hamil 8 Tahun Kemudian

"Mereka mengatakan kepada saya bahwa saya tidak akan melewati Natal," katanya.

Vika Widiastuti

Kanker. (pixabay)
Kanker. (pixabay)

Himedik.com - Divonis akan meninggal dalam beberapa minggu, Jo Kelly tahu bahwa menikah dengan pria yang dicintainya adalah hadiah terakhir yang mampu dia berikan. Dia dan pasangannya, Pete Ames telah menjalin hubungan selama enam bulan sebelum keduanya kemudian yakin untuk menikah.

Dilansir HiMedik.com dari Mirror, Jumat (8/2/2019), dokter mengatakan, mereka telah kehabisan cara untuk mengobati kanker darah yang telah menggerogoti Jo selama tiga tahun. Jo mungkin tak akan bertahan dalam beberapa bulan.

"Saya diberi tahu bahwa saya tidak memiliki pilihan perawatan. Yang bisa ditawarkan dokter hanyalah perawatan paliatif," kata Jo.

"Saya meminta mereka untuk melakukan perawatan lain hingga saya bisa lebih bertahan. Mereka mengatakan kepada saya bahwa saya tidak akan melewati Natal. Itu sangat membuat saya hancur. Saya tidak akan mencapai peringatan satu tahun dengan Pete," lanjutnya.

Beberapa minggu kemudian pasangan itu mengecat kamarnya. Pete menangis. "Dia mengatakan kepada saya bahwa dia tidak ingin saya meninggalkan dunia ini bukan menjadi istrinya," tuturnya.

Vonis menyakitkan itu membuat pasangan tersebut merencanakan hari besar mereka dalam delapan minggu dan melalui upacara pernikahan yang emosional dikelilingi oleh keluarga.

Terhadap peluang hidupnya yang hampir tidak mungkin, Jo berhasil mengalahkan kanker terminalnya setelah dokter berjuang untuk obat perintis yang membuat dia bertahan hidup, yaitu transplantasi stem cell.

Badan amal kanker darah, Anthony Nolan menemukan, satu-satunya donor di dunia yang memiliki kecocokan genetik.

Kini Jo dan Pete, yang berhasil sembuh dari kanker testis sebelum mereka bertemu, akan menyambut kelahiran bayi mereka akhir bulan ini.

"Kami sangat beruntung bisa merencanakan masa depan yang tidak pernah kami pikirkan sebelumnya. Saya menulis surat terima kasih kepada donor saya. Yang saya tahu adalah dia berusia 23 tahun dan saya pikir dia memiliki rambut hitam. Setiap kali saya membaca surat itu saya menangis," katanya.

"Kami akan menulis ketika putri kami lahir. Kami berutang segalanya padanya, saya tidak akan berada di sini tanpanya," imbuhnya.

Jo dari Lichfield yang bekerja sebagai staf di Dewan Seni sebelumnya didiagnosis menderita limfoma Hodgkin pada usia 22 tahun setelah benjolan besar di lehernya. Karena penyakitnya, Jo memutuskan keluar dari pekerjaannya dan fokus terhadap perawatannya.

Namun, penyakitnya semakin parah dalam tiga tahun. Padahal dia sudah mencoba semua perawatan, tetapi tak berhasil. Sebaliknya kanker justru menyebar ke paru-paru dan tulangnya.

Beberapa hari sebelum pernikahannya, pihak Christie Cancer Hospital di Manchester memberi tahu bahwa dokternya telah memberi izin untuk memberinya obat baru Brentuximab Vedotin atas dasar kasih sayang. Obat itu menghentikan kanker dengan sangat baik.

NHS kemudian setuju mendanainya  untuk menjalani remisi dan transplantasi stem cell yang menyelamatkan jiwanya.

”Setahun sebelum transplantasi saya, kami memeriksa daftar donor dan tidak ada kecocokan. Pada saat saya siap ada satu. Kami takut dia mungkin tidak ingin melanjutkannya. Kami tidak bisa berbicara dengannya secara langsung, tetapi terima kasih kepada Anthony Nolan, semuanya berjalan lancar," kata Jo.

Jo juga menghabiskan satu bulan di rumah sakit selama Olimpiade London pada 2012 ketika ia menjalani kemoterapi untuk menekan kanker, sumsum tulang, dan sel darah putihnya yang mencoba menghentikan tubuhnya menolak transplantasi.

Pasangan itu juga punya kemungkinan untuk memiliki bayi. Namun, karena Jo tidak subur akibat kemoterapi dan rahimnya tidak rusak, mereka memutuskan melakukan implan dengan sperma Pete dan donor sel telur.

Berita Terkait

Berita Terkini