Wanita

Masih Banyak Ibu Baru yang Belum Dapat Dukungan Mental Pasca-persalinan

Banyak ibu baru masih belum mendapatkan bantuan yang mereka butuhkan.

Vika Widiastuti

Ilustrasi ibu gendong bayinya. (Pixabay/blankita_ua)
Ilustrasi ibu gendong bayinya. (Pixabay/blankita_ua)

Himedik.com - Sebuah survei yang dilakukan oleh Maven, klinik digital tentang perempuan mengungkapkan bahwa, lebih dari setengah ibu baru tak mendapatkan dukungan mental selama atau setelah kehamilan. Padahal hal itu penting.

Di Amerika Serikat (AS), misalnya, 1 dari 5 ibu baru dilaporkan menderita gangguan suasana hati dan kegelisahan perinatal.

Meskipun kesadaran tentang bagaimana kesehatan mental ibu akan berdampak pada anak-anak mereka semakin meningkat, banyak ibu baru masih belum mendapatkan bantuan yang mereka butuhkan.

Mengenali masalah ini mungkin merupakan langkah pertama dalam mengubahnya.

Kate Ryder, pendiri dan CEO Maven, mengatakan kepada Motherly bahwa narasi utama tentang kesehatan mental ibu terutama seputar depresi pascapersalinan, tapi sebenarnya ada banyak masalah lain yang dihadapi perempuan, khususnya ibu baru.

Memang, kecemasan perinatal adalah masalah besar. Dari 700 ibu yang Maven survei, 23 persen melaporkan mereka hanya menderita depresi, sementara sebagian besar 55 persennya merasakan gejala depresi dan kecemasan.

Ikustrasi depresi pascamelahirkan. (Shutterstock)
Ikustrasi depresi pasca melahirkan. (Shutterstock)

Tak hanya itu, 54 persen ibu baru yang disurvei Maven mengatakan, mereka tidak pernah diberi kesempatan untuk mengungkapkan apa yang mereka rasakan, karena mereka tidak pernah diperiksa untuk masalah seperti itu selama perawatan sebelum dan sesudah kelahiran.

"Kami ingin menjelaskan topik ini secara umum, dan menggambarkan bahwa ada banyak perempuan saat ini menderita beberapa bentuk masalah kesehatan mental ibu dalam keheningan. tanpa diagnosis, dan tanpa dukungan," kata Ryder, dilansir Suara.com dari Motherly.

Data dari Maven menunjukkan bahwa profesional kesehatan mungkin perlu meningkatkan pemeriksaan mereka, tak hanya untuk kondisi kehamilan saja, melainkan juga gangguan suasana hati perinatal dan postpartum.

Meskipun ada pedoman untuk skrining depresi pascapersalinan, American College of Obstetricians dan Gynecologists menyarankan dokter dapat memeriksa pasien setidaknya sekali selama periode perinatal untuk depresi dan gejala kecemasan menggunakan alat standar yang divalidasi. Penyedia kebidanan juga harus siap untuk memulai pengobatan dan merujuk pasien sesuai kebutuhan. (Suara.com/Dinda Rachmawati)

Berita Terkait

Berita Terkini