Wanita

Kulit Wanita Ini Membiru Gara-gara Obat Pereda Nyeri, Kok Bisa?

Kondisi ini terjadi ketika penderita menggunakan benzocaine dalam jumlah banyak.

Vika Widiastuti | Rosiana Chozanah

Ilustrasi minum obat. (Pixabay/guvo59)
Ilustrasi minum obat. (Pixabay/guvo59)

Himedik.com - Kasus baru tentang kulit seorang wanita yang membiru akibat pemakaian obat tercatat dalam New England Journal Medicine pada 19 September lalu. 

Mulanya, seorang wanita bernama Rhode Island sesak napas saat bangun tidur. Ia pun khawatir dan kaget ketika melihat kulitnya membiru.

Island pun memeriksakan diri, dan dokter mendiagnosis dirinya mengidap kelainan darah langka yang disebut methemoglobinemia, suatu kondisi di mana darah berhenti melepaskan oksigen ke jaringan di sekitarnya.

Kondisi ini terjadi ketika penderita menggunakan benzocaine dalam jumlah banyak. Ini adalah jenis obat penghilang rasa sakit.

Ternyata benar, Island telah menggunakannya untuk mengobati sakit gigi pada malam sebelumnya.

Untungnya kondisi Island dapat diselamatkan. FDA melaporkan ada beberapa penderita lain yang meninggal karena reaksi tidak biasa.

Ilustrasi kulit membiru (Pixabay/Oltrecreativeagency)
Ilustrasi kulit membiru (Pixabay/Oltrecreativeagency)

Melansir INSIDER, bezocaine merupakan obat nyeri topikal yang dijual bebas dan sering digunakan sebagai obat sakit tenggorokoan atau sariawan.

Tetapi dalam kasus yang jarang terjadi, benzocaine dapat menyebabkan methemoglobinemia dengan mengubah sel darah merah dan menghasilkan jumlah hemoglobin berlebih dari satu bentuk saja, sejenis protein.

Hal ini menyebabkan darah membawa oksigen dan menyimpannya di dalam sel darah.

Gejalanya meliputi kelelahan, pusing, dan sesak napas. Selain kulit biru, darah pasien juga berubah menjadi warna coklat gelap, kata Dr. Otis Warren, yang merawat Island.

Jaringan yang kekurangan oksigen adalah alasan warna kebiru-biruan pada kulit. Ini juga menjelaskan warna coklat, warna darah menggelap karena terikat dengan oksigen.

Jika tidak diobati, kekurangan oksigen dalam jaringan dapat menyebabkan syok, kejang, dan bahkan kematian.

Berita Terkait

Berita Terkini