Wanita

Vagina Basah Meski Tidak Orgasme, Apakah Normal?

Walau di sisi lain vagina kering lebih bermasalah, karena dapat menyebabkan iritasi, gatal, dan ruam.

Yasinta Rahmawati

Ilustrasi organ intim, vagina. (Shutterstock)
Ilustrasi organ intim, vagina. (Shutterstock)

Himedik.com - Banyak perempuan khawatir  jika vagina basah setiap saat, meski sedang tidak orgasme. Dilansir dari Healthline, hal itu merupakan suatu kondisi yang normal. Bahkan Dr Mukta Paul, ginekolog di Rumah Sakit Columbia Asia, Pune, mengatakan bahwa memiliki vagina basah adalah tanda yang jelas bahwa vagina terlumasi dengan baik.

Faktanya, vagina kering lebih bermasalah, karena dapat menyebabkan iritasi, gatal, dan ruam.

Tapi apa yang membuat vagina basah? Vagina mengeluarkan cairan saat Anda melakukan tindakan bercinta. Cairan ini tidak lain adalah lendir serviks yang dikeluarkan dari vagina, saat aliran darah tinggi.

Ilustrasi perempuan alami orgasme. [shutterstock]
Ilustrasi vagina perempuan basah saat orgasme. [shutterstock]

Ini adalah cairan seperti gel yang diproduksi oleh leher rahim Anda, dan dirangsang oleh hormon estrogen.

Tapi, jika vagina Anda terlalu basah itu bukanlah pertanda yang baik. Bisa jadi itu tanda infeksi.

“Jika vagina Anda basah dari biasanya, maka Anda mungkin menderita salah satu dari tiga kondisi ini - vaginosis bakterialis, sindrom kongesti panggul, atau vaginitis deskuamatif," kata dia.

Bakteri vaginosis adalah infeksi vagina yang ringan, bukan PMS. Dalam hal ini, keseimbangan antara bakteri baik dan jahat terganggu, menyebabkan keluarnya cairan berbau putih keabu-abuan atau kuning.

Kondisi ini umumnya terjadi saat Anda memiliki banyak pasangan seks. Vagina basah juga bisa disebabkan oleh sindrom kemacetan panggul.

Ini adalah kondisi dimana aliran darah di area vagina terlalu tinggi sehingga mengakibatkan kebasahan. Ini adalah kondisi umum tetapi sering salah didiagnosis. Dalam hal ini, vagina basah juga disertai rasa nyeri saat berhubungan seks, bersepeda, atau aktivitas fisik lainnya.

Selain itu bisa juga karena kondisi vaginitis deskuamatif yang terjadi ketika pergantian sel di vagina terlalu tinggi, dan lapisan vagina menjadi meradang.

Gejala utama dari kondisi ini termasuk keputihan berwarna kuning atau kuning kehijauan, biasanya dengan sedikit atau tanpa bau, nyeri saat berhubungan seksual, serta iritasi dan gatal pada vulva.

(Suara.com/Bimo Aria Fundrika)

Berita Terkait

Berita Terkini