Info

Anda Pecinta Junk Food? Awas Penyakit Ini Sedang Mengintai

Dengan mengonsumsi jenis makanan junk food, justru orang tidak akan merasa kenyang, sehingga hal itu akan menyebabkan makan dengan berlebihan.

Rauhanda Riyantama

Ilustrasi junk food. (shutterstock)
Ilustrasi junk food. (shutterstock)

Himedik.com - Setiap tanggal 21 Juli, warga Amerika Serikat memperingatinya sebagai Hari Junk Food Nasional. Selama satu hari ini seseorang bebas memakan junk food tanpa rasa bersalah. Sayangnya, hingga kini tak diketahui siapa pencetus pertama hari junk food nasional.

Junk food adalah istilah untuk makanan yang mengandung kadar gula, lemak, garam, dan kalori yang tinggi. Ironisnya junk food merupakan makanan yang sering menjadi camilan. Istilah junk food mulai populer di Negeri Paman Sam sejak 1950-an.

Pada 1970-an ahli mikro biologi Michael Jacobson menilai tingkat konsumsi junk food di Amerika Serikat sudah mengkhawatirkan. Meski demikian, junk food menjadi santapan favorit warga Amerika karena selalu membuat ketagihan dengan cita rasanya yang kaya.

Sejarah junk food sebenarnya sudah ada sebelum abad 19. Perkembangannya semakin pesat sejak kemunculan makanan kemasan pada akhir 1800-an.

Dengan mengonsumsi jenis makanan junk food, justru orang tidak akan merasa kenyang, sehingga hal itu akan menyebabkan makan dengan berlebihan. Nantinya akan membuat seseorang bermasalah dengan berat badan dan juga kesehatannya.

Nah, berikut bahaya dari makanan junk food jika dikonsumsi secara berlebihan.

1. Risiko penyakit diabetes

Ilustrasi. (beaconohss.com)
Ilustrasi. (beaconohss.com)

Salah satu faktor utama yang menyebabkan terjangkitnya penyakit diabetes adalah karena diet yang tidak sehat, salah satunya karena makanan yang kita konsumsi merupakan makanan sampah. Ketika tubuh menyerap asupan gizi dari yang berasal dari makanan sehat, hal ini berarti tubuh mendapatkan pasokan glukosa yang membantu menjaga sensitivitas insulin.

Sedangkan ketika tubuh menyerap asupan makanan junk food, hal ini bisa mengakibatkan stres yang berlebihan pada metabolisme tubuh sehingga memengaruhi kemampuan tubuh untuk menggunakan insulin dengan benar. Karena junk food tidak memiliki kandungan serat, konsumsi secara langsung menghasilkan lonjakan kadar gula. Selanjutnya, konsumsi junk food menyebabkan obesitas, salah satu alasan utama untuk resistensi insulin dan pengembangan diabetes.

2. Kelelahan dan kelemahan

ilustrasi. (shutterstock)
ilustrasi. (shutterstock)

Junk food tidak memiliki jumlah nutrisi penting yang diperlukan untuk pemeliharaan kesehatan serta fungsi dari semua sistem dalam tubuh seperti protein dan vitamin. Meskipun jenis makanan ini bisa membuat perut terasa kenyang dan puas, namun ia gagal dalam memberikan asupan energi instan.

Dampaknya tubuh terasa lemah dan lelah beberapa saat setelah mengkonsumsinya. Jika tubuh hanya menyerap semua jenis makanan yang tergolong junk food selama periode waktu tertentu, maka hal tersebut bisa mengakibatkan kelelahan kronis. Junk food dapat menurunkan tingkat energi tubuh ke tingkat yang mungkin menjadikan tubuh sulit atau bahkan tidak bisa melakukan rutinitas sehari-hari.

3. Depresi

Ilustrasi. (shutterstock)
Ilustrasi. (shutterstock)

Akibat terlalu sering mengonsumsi junk food, banyak perubahan hormonal terjadi, terutama pada kalangan remaja, yang membuat mereka rentan terhadap perubahan suasana hati dan perubahan perilaku. Karena mengkonsumsi junk food dapat menyebabkan kekurangan nutrisi penting dalam tubuh, yang meningkatkan kemungkinan para remaja menderita depresi hingga 58%. Diet yang sehat akan sangat berperan penting dalam menjaga keseimbangan hormonal.

Selain itu, kandungan dalam makanan cepat saji seperti garam, daging olahan, nitrat, dan MSG dapat memicu terjadinya sakit kepala. Sebuah studi yang diterbitkan dalam jurnal Gizi Kesehatan Masyarakat menunjukkan bahwa makan makanan yang dipanggang seperti donat, croissant, kue, serta makanan cepat saji seperti pizza, hamburger, dan hot dog bisa menyebabkan depresi. Orang yang makan makanan cepat saji, 51 persen lebih mungkin terkena depresi dibandingkan mereka yang makan sedikit atau tidak ada makanan cepat saji.

4. Masalah pada sistem pencernaan

Ilustrasi. (shutterstock)
Ilustrasi. (shutterstock)

Bagi para pecandu junk food, mereka akan lebih berisiko mengalami gangguan pencernakan seperti penyakit gastroesophageal reflux (GERD) dan sindrom iritasi usus (IBS). Seperti yang dketahui bahwa junk food lebih banyak mengandung kalori daripada nilai nutrisi.

Saat kita mengonsumsi junk food yang digoreng, kandungan minyaknya akan tersimpan dalam dinding lapisan perut. Hal ini dapat meningkatkan produksi asam. Lalu rempah-rempah yang ada di dalamnya dapat mengiritasi lapisan lambung, sehingga dapat memperburuk resiko GERD dan gangguan pencernakan. Kurangnya serat dalam kandungan junk food dapat menghambat pencernaan, meningkatkan masalah seperti sembelit dan wasir.

5. Peningkatan resiko penyakit jantung

Ilustrasi. (shutterstock)
Ilustrasi. (shutterstock)

Kandungan dalam Junk food sarat akan lemak jenuh dan lemak trans yang secara langsung meningkatkan kolesterol jahat (LDL) dan trigliserida dalam darah. Hal tersebut dapat berkontribusi terhadap pembentukan plak dan penyakit jantung.

Selain itu, junk food dapat menyebabkan lonjakan gula darah yang meningkat secara tiba-tiba. Dan merusak lapisan-lapisan pembuluh darah yang menyebabkan peradangan kronis.

Peradangan ini menyebabkan kolesterol jahat menempel pada dinding arteri dan menghalangi aliran darah ke jantung, sehingga serangan jantung pun kapan saja bisa terjadi. Lemak dari junk food dapat terakumulasi dalam tubuh selama periode waktu tertentu yang bisa menyebabkan kenaikan berat badan. Dalam kondisi berat badan yang semakin meningkat, resiko terkena serangan jantung akan lebih tinggi.

Tips Menghindari Junk Food

Nah, berikut ini beberapa tips untuk menghindari junk food.

  • Mengonsumsi beras merah sebagai pengganti nasi putih, karena beras merah dipercaya mengandung lebih banyak serat yang selain dapat membuat perut kenyang, tapi juga memberikan asupan nutrisi yang cukup bagi tubuh.
  • Mengkonsumsi gandum / oat, karena gandum banyak memiliki kandungan serat, protein, asam lemak yang baik, bahan kimia tanaman, vitamin, dan mineral seperti tembaga, besi, seng dan magnesium yang membuat sarapan lebih sempurna.
  • Mengkonsumsi buah-buahan serta menghindari jus kemasan, hal ini dikarenakan jus kemasan mengandung banyak pengawet dan bahan kimia yang membuatnya tidak sehat. Selain itu, untuk membuat tekstur jus sangat halus, semua bagian yang kaya serat akan dihilangkan selama pemrosesan. Jadi, ketika minum jus kemasan, itu berarti kita menambah asupan gula dalam tubuh. Sebaliknya, jus buah gantikan dengan buah-buahan segar utuh. Mereka akan meningkatkan asupan serat dengan manfaat tambahan vitamin.
  • Mengonsumsi sayuran berdaun seperti bayam, selada termasuk dalam makanan kaya serat yang tinggi akan membantu mengurangi kadar gula darah. Pastikan Anda menyertakan setidaknya satu porsi yang kaya akan protein, baik itu kacang-kacangan, telur, atau ikan ke dalam menu harian.

Berita Terkait

Berita Terkini