Info

Studi: Serangan Jantung Jadi Momok Menyeramkan Bagi Banyak Atlet

Jumlah atlet sepak bola berusia muda yang sekarat akibat masalah jantung makin meningkat.

Rauhanda Riyantama

Ilustrasi serangan jantung. (meetdoctor.com)
Ilustrasi serangan jantung. (meetdoctor.com)

Himedik.com - Dalam dua dekade terakhir, jumlah pesepak bola muda yang sekarat akibat masalah jantung makin meningkat. Hal tersebut disampaikan oleh tim dokter dari Asosiasi Sepak Bola Inggris (FA) yang mengawasi skrining jantung. 

Hasilnya ditemukan sebagian besar pesepak bola muda yang melakukan pemeriksaan jantung di usia 16, 18, dan 20 tahun meninggal tujuh tahun setelah pemeriksaan. Padahal, pada pemeriksaan awal dokter menyatakan mereka dalam kondisi sehat.

Salah satunya menimpa bintang sepak bola muda asal Kamerun, Marc-Vivien Foé (28 tahun). Gelandang yang bermain di Liga Premier itu mendadak pingsan dan meninggal saat melawan Kolombia di Perancis pada Piala FIDA 2003. Hasil otopsi menunjukkan ia memiliki penyakit jantung bawaan.

Pada 2012, pemain sepak bola Fabrice Muamba (23 tahun) yang bermain untuk klub Bolton Wanderes mengalami serangan jantung di lapangan saat melawan Tottenham Hotspur dalam memperebutkan Piala FA. Muamba saat itu dikabarkan kritis dan hampir meninggal.

Dan yang masih cukup teringat kasus kematian Piermario Morosini. Pemain Livorno yang dipinjam dari Udinese itu mengalami serangan jantung pada 14 April 2012 dan tak lama kemudian meninggal.

Piermario Morosini terkena serangan jantung. (gol.caracoltv.com)
Piermario Morosini terkena serangan jantung. (gol.caracoltv.com)

Tragedi yang cukup sering menimpa pesepak bola tersebut, akhirnya membuat FA melakukan program skrining jantung sejak 1997. Pemeriksaan ini dilakukan untuk memantau kebugaran semua pemain sepak bola yang berusia 16 sampai 17 tahun, sebelum mereka masuk ke tim profesional.

Lebih lanjut dalam tinjauan data selama 20 tahun, tim dokter yang dipimpin Sanjay Sharma, profesor penyakit bawaan dan kardiologi olahraga di Universitas St George, London, dan ketua komite ahli jantung dari FA menemukan, tingkat kematian terjadi pada 1 dari 14.700 orang.

"Angka ini tiga kali lipat lebih besar dari studi sebelumnya, yakni 1 dari 50.000 orang. Ini sangat mengejutkan kami," kata Sanjay Sharma yang menerbitkan laporannya di New England Journal of Medicine, dilansir The Guardian.

Dari analisis data itu, Sanjay Sharma dan timnya menyimpulkan dua hal. Pertama, jumlah pesepak bola muda dengan masalah jantung meningkat. Kedua, pemeriksaan jantung yang dilakukan pada usia 16 atau 17 tahun oleh FA tidak cukup dilakukan sekali dan perlu dilakukan beberapa kali untuk mengidentifikasi masalah tersebut.

Tentang penelitian antara 1997 sampai 2016, lebih dari 11.000 pemain mengisi kuesioner kesehatan dan melakukan pemeriksaan fisik, termasuk EKG 12-lead dan ekokardiografi. "Sangat tragis saat mendengar kabar kematian pesepak bola muda disebabkan oleh serangan jantung atau jantung bawaan," ungkap Sanjay Sharma.

Dari jumlah pemain yang mengikuti pemeriksaan, ada 42 pemain yang memiliki penyakit jantung dan dapat menyebabkan serangan jantung mendadak. Kemudian 30 dari 42 pemain menjalami operasi atau perawatan agar dapat kembali bermain sepak bola, sementara 12 pemain berhenti bermain.

Matt Campbell. (Instagram/mattsoire)
Matt Campbell. (Instagram/mattsoire)

Selain sepak bola, penyakit jantung juga menyerang atlet muda dari cabang olahraga lainnya. Salah satunya Matt Campbell (29 tahun), pelari sekaligus chef profesional itu tiba-tiba pingsan dan meninggal saat mengikuti marathon di London pada April 2018.

Sanjay Sharma pun sangat tidak setuju dengan anggapan skrining buang-buang waktu. "Jika atlet muda ini menjadi panutan dan inspirasi untuk orang lain, maka kita juga harus melakukan sesuatu untuk melindungi mereka dari kematian mendadak," tegasnya.

Berita Terkait

Berita Terkini