Info

Menilik DMD, Penyakit Genetik yang Menyerang Otot

Simak ulasannya di sini.

Rendy Adrikni Sadikin | Yuliana Sere

Jumpa pers seminar Duchenne Muscular Dystrophy (DMD). (HiMedik/Yuliana Sere)
Jumpa pers seminar Duchenne Muscular Dystrophy (DMD). (HiMedik/Yuliana Sere)

Himedik.com - Hari Duchenne Muscular Dystrophy (DMD) diperingati setiap 8 September.

Untuk memperingatinya, Rumah Sakit Akademik UGM bersama Pokja Genetik Fakultas Kedokteran UGM, Kesehatan Masyarakat dan Keperawatan (FK-KMK) mengadakan seminar awam tentang penyakit bawaan DMD.

Jumpa pers 'Seminar Diagnosis Genetik dan Manajemen Terkini Duchenne Muscular Dystrophy (DMD)' bertempat di Auditorium Krisna Lt. 5 Rumah Sakit Akademik UGM, Sabtu (8/9/2018).

Kegiatan ini bertujuan memberikan pengetahuan tentang diagnosis dan terapi terkini DMD yang berfokus pada keluarga pasien penyandang DMD.

Dengan turut mengundang para dokter ahli yang terkait langsung dengan penyakit ini, pihak penyelenggara juga turut mengundang Muhammad Fahmi Husaen, penyandang DMD berprestasi.

Menurut penjelasan Prof. Dr. dr. Elisabeth Siti Herini Sp.A(K), Direktur Pelayanan Medik dan Keperawatan Rumah Sakit Akademik (RSA) UGM, penyakit DMD merupakan penyakit otot genetik akibat kelainan gen.

Ia melanjutkan, penyakit ini hanya menyerang anak laki-laki dengan harapan hidup hanya mencapai usia 20an.

''Mereka yang menderita DMD mengalami kelemahan otot yang biasanya diawali dengan kesulitan berdiri atau berjalan, dan itu pada umumnya dimulai sejak usia 4 sampai 5 tahun,'' tambahnya.

Pembicara lain, dr. Gunadi, Ph.D., Sp.BA., Ketua Pokja Genetik FK-KMK UGM menambahkan saat berada di usia 8 atau 9 tahun, kondisi penderita akan semakin memburuk.

''Di usia tersebut, mereka juga akan mulai menggunakan kursi roda untuk melakukan aktivitasnya,'' ungkapnya.

dr. Gunadi juga memaparkan penyakit ini hanya terdapat pada kromosom x, yang mana hanya terdapat pada anak laki-laki, sehingga kecil kemungkinan untuk menyerang anak perempuan.

Lebih lanjut, ia mengatakan ini bukan berarti anak perempuan tidak berisiko terkena penyakit ini.

''Istilah bagi anak perempuan yang mengidap penyakit ini adalah Becker Muscular Dystrophy (BMD). Bedanya, jika perempuan yang menderita BMD, maka mereka tidak memiliki usia harapan hidup,'' tuturnya.

Untuk masalah penanganan, sejauh ini di Indonesia pengobatannya berupa terapi steroid yang hanya menghambat perkembangan DMD.

Selain tanya jawab dengan para dokter ahli, ada pula sesi berbagi dengan salah satu penyandang DMD berprestasi, Muhammad Fahmi Husaen (21).

Fahmi, penyandang DMD berprestasi. (HiMedik/Yuliana Sere)
Fahmi, penyandang DMD berprestasi. (HiMedik/Yuliana Sere)

Fahmi, begitu panggilannya, merupakan mahasiswa semester 5 Sekolah Vokasi UGM. Ia berhasil menyabet dua medali emas pada ajang Pekan Ilmiah Mahasiswa Nasional (PIMNAS).

Mahasiswa jurusan Komputer dan Sistem Informasi itu memenangkan lomba poster dan presentasi Program Kreativitas Mahasiswa - Karya Cipta (PKM-KC) yang dihelat di Universitas Negeri Yogyakarta (1/9/2018).

Dengan karyanya yang berjudul Aveo (Archilles Physiotheraphy Orthosis) Sepatu Pencegah Kontraktur Ankle Kaki pada Penderita Kelumpuhan, ia membuktikan dirinya bisa mengharumkan nama universitasnya meski mengalami keterbatasan.

Saat diwawancarai Tim HiMedik, Fahmi mengaku telah memakai kursi roda sejak berumur 12 tahun atau saat dirinya duduk di bangku SMP.

Pemuda asal Yogyakarta yang saat itu didampingi ibunya mengaku motivasi dirinya mengikuti ajang bergengsi tersebut selain untuk membanggakan universitas dan orang tuanya, ia juga ingin membuktikan bahwa ia juga mampu menantang dirinya, membuktikan bahwa ia bisa.

Semoga kita pun bisa menginspirasi orang lain dengan cara kita masing-masing.

Berita Terkait

Berita Terkini