Info

Boyband Eastlight Alami Tindak Kekerasan, Ketahui Dampaknya

Selama ini Eastlight menahan penderitaan tindak kekerasan yang dilakukan oleh produsernya.

Rauhanda Riyantama | Dwi Citra Permatasari Sunoto

Eastlight. (twitter/@TuanStann)
Eastlight. (twitter/@TuanStann)

Himedik.com - Baru-baru ini dunia hiburan Negeri Ginseng dihebohkan dengan berita tindak kekerasan yang dialami oleh Boyband Eastlight. Bukan tindak kekerasan biasa, pasalnya anggota boyband tersebut semuanya masih di bawah umur. Serta menurut berita yang beredar produser dan CEO Eastlight, terlibat dalam kasus tersebut.

Tak hanya makian dan kata kasar, Eastlight menerima kekerasan dalam bentuk fisik. Seperti dipukul menggunakan tongkat bisbol, mikropon, dicekik dengan senar gitar, hingga diancam akan dibunuh, setiap mereka melakukan kesalahan. Bahkan kekerasan ini sudah berlangsung lama, yaitu sejak awal mereka debut pada akhir 2015 hingga saat ini.

Berkaca dari kejadian tersebut, apakah dampak yang mungkin dialami para remaja ini selain sakit serta bekas luka fisik? Apakah mereka akan mengalami trauma atau bahkan dendam? Melihat selama ini mereka tampil di depan kaca seolah tidak ada apa-apa.

Sejauh ini, para public figure memang selalu dituntut berpenampilan sempurna dan harus selalu terlihat ceria di depan kamera. Tak jarang hal tersebut membuat para fans tidak mengetahui perasaan idola mereka yang sebenarnya.

Bahkan depresi dan stres, nampaknya menjadi hal yang sudah tidak asing lagi dialami para artis ternama. Hingga akhirnya beberapa memilih bunuh diri untuk mengakhiri rasa depresi yang dialami. Untungnya hal tersebut tak terjadi pada Eastlight, mereka memilih jalur hukum untuk mengakhiri penderitaan.

Masalahnya, meskipun nantinya kasus ini bisa selesai secara hukum, ada dampak psikologis yang harus diobati. Hal ini karena korban tindak kekerasan mungkin akan mengalami trauma, tingkat kepercayaan diri rendah, murung, sulit percaya pada orang lain, dan yang paling bahaya adalah mereka juga akan melakukan tindak kekerasan.

Pasalnya menurut sebuah penelitian, menunjukkan fakta bahwa perilaku tindak perundungan justru banyak dilakukan oleh mereka yang dulunya pernah menjadi korban tindak perundungan.

Berita Terkait

Berita Terkini