Info

Lion Air Jatuh, Yuk Kenali Penyebab dan Cara Mengatasi Aerophobia

Aerophobia atau disebut juga aviophobiaadalah ketakutan untuk naik transportasi udara.

Rauhanda Riyantama

Ilustrasi aerophobia. (pexels)
Ilustrasi aerophobia. (pexels)

Himedik.com - Senin (29/10/2018) pagi, dikabarkan pesawat Lion Air dengan nomor penerbangan JT 610 tujuan Jakarta - Pangkalpinang hilang kontak. Pesawat yang membawa 189 penumpang ini dipastikan jatuh di sekitar perairan dekat Tanjung Karawang, Jawa Barat.

Pesawat Lion Air take off dari Bandara Soekarno-Hatta sekitar pukul 06.20 WIB. Sesuai dengan jadwal, pesawat tersebut harusnya tiba di Bandara Depati Amir Pangkal Pinang pada pukul 07.20 WIB. Namun, pesawat Lion Air hilang kontak pada pukul 06.33 WIB atau 13 menit setelah lepas landas.

Jika melihat sejarah, kasus kecelakaan pesawat ini memang bukan pertama kalinya terjadi di Indonesia. Hal ini tentu menjadi salah satu pemicu fobia terbang bagi sebagian orang yang mengidap aerophobia. Mereka yang mengalami fobia ini dibayangi oleh ketakutan yang mendalam terkait dengan pesawat terbang.

Dirangkum Himedik dari laman Hellosehataerophobia atau disebut juga aviophobia adalah ketakutan untuk naik transportasi udara. Baik dengan helikopter, pesawat terbang, balon udara, dan transportasi udara lainnya.

Pada beberapa orang, aerophobia juga disertai dengan fobia lain. Misalnya claustrophobia (ketakutan terhadap ruang sempit dan tertutup) atau acrophobia (ketakutan terhadap ruang yang lapang dan terbuka).

Namun, rasa cemas yang dialami seseorang karena aerophobia merupakan permasalahan serius. Orang yang mengalami aerophobia akan cenderung untuk menghindari liburan atau perjalanan apa pun dengan pesawat.

Aerophobia memiliki beberapa gejala yang dapat dikenali. Gejala tersebut antara lain berkeringat, gelisah, meningkatnya denyut jantung, mual, muntah, serta mengalami gangguan pencernaan seperti mulas. Selain secara fisik, muncul pula berbagai gejala psikis seperti takut mati, tidak dapat berpikir jernih, disorientasi, linglung, dan gugup.

Gejala-gejala tersebut biasa muncul begitu sampai bandara. Orang dengan aerophobia akan mengalamiserangan panik. Bagi beberapa orang, akan ada yang tampak tenang awalnya kemudian mulai menunjukkan tanda-tanda stres saat menunggu jadwal keberangkatan.

Sedangkan orang yang takut naik pesawat biasanya tidak benar-benar menunjukkan gejala ketakutan secara fisik. Mereka mungkin hanya merasa gugup, tapi tidak sampai keringatan atau muntah.

Lalu bagaimana cara mengatasinya?

Diagnosis dari dokter menjadi suatu hal yang penting, terutama apabila seseorang sudah memiliki gejala yang jelas. Dokter spesialis kesehatan jiwa dapat membantu untuk mengatasi ketakutan ini. Pemberian obat 0,5-1 mg alprazolam mungkin dianjurkan untuk diminum setengah jam sebelum terbang.

Selain pengobatan, sesi terapi dengan psikolog dipercaya dapat mengurangi ketakutan atau gejala-gejala fisik yang sering muncul sebelum atau saat terbang. Begitu juga dengan sesi terapi menggunakan teknik hipnosis.

Exposure therapy juga dianjurkan untuk mengurangi ketakutan dan kecemasan. Caranya adalah membiasakan atau menciptakan suasana terbang naik pesawat sesering mungkin. Diharapkan dengan exposure therapy dapat membantu mengurangi ketakutan secara perlahan karena sudah terbiasa dan bisa menenangkan diri.

Berita Terkait

Berita Terkini