Info

SIGAB: Sasaran dan Gebrakannya

SIGAB merupakan organisasi non pemerintah yang ingin memperjuangkan hak-hak kaum difabel.

Rauhanda Riyantama | Yuliana Sere

SIGAB: Sasana Inklusi dan Gerakan Advokasi Difabel. (Twitter)
SIGAB: Sasana Inklusi dan Gerakan Advokasi Difabel. (Twitter)

Himedik.com - Berdiri sejak 15 tahun yang lalu, SIGAB telah menjadi wadah bagi teman-teman difabel untuk bisa mendapatkan hal yang sama seperti yang lainnya.

SIGAB atau Sasana Inklusi dan Gerakan Advokasi Difabel merupakan sebuah organisasi non pemerintah yang bersifat independen, nirlaba, dan non-partisan.

Bagi organisasi yang didirikan di Yogyakarta pada 5 Mei ini, makna difabel adalah ketidakmampuan yang lahir dari bentuk kegagalan lingkungan, pemerintah, masyarakat, maupun tatanan sosial.

Kuni Fatonah merupakan salah satu staf di SIGAB yang berhasil ditemui di kantor SIGAB di Jalan Wonosari, pada Kamis (29/11/2018).

Selain memaparkan tentang apa itu SIGAB serta latar belakangnya, ia juga memaparkan empat divisi yang ada di lembaga tersebut.

1. Divisi media

Menurutnya, divisi ini berfungsi untuk melatih teman-teman difabel sebanyak kurang lebih 30 yang tersebar di beberapa provinsi untuk menjadi kontributor.

''Di divisi ini, terdapat solider.id yang memiliki sejumlah informasi terkait dengan isu difabel dari berbagai daerah, misalnya sosok difabel inspiratif, Undang-Undang tentang difabel dan juga ada workshop,'' ungkap Kuni Fatonah.

2. Divisi advokasi

Divisi ini berhadapan dengan hukum untuk mendampingi teman-teman difabel yang memiliki permasalahan hidup baik diri sendiri maupun keluarga.

Tim ini bekerja di pengadilan, kepolisian serta melakukan pendekatan ke rumah-rumah. ''Misalnya ada difabel yang mendapat pelecehan seksual, SIGAB buat agar bisa setara dan suaranya bisa didengar,'' ungkap wanita kelahiran Bantul ini.

Kuni Fatonah
Kuni Fatonah, salah satu pendiri Desa Inklusi. (Dok: Pribadi)

3. Divisi riset

Divisi riset memproduksi buku tentang difabel, misalnya desa inklusi, difabel dan desa, pendidikan inklusif dan sebagainya.

4. Divisi Rintisan Desa Inklusi (RINDI)

Divisi ini terdapat di Sleman dan Kulon Progo. Dua desa di Sleman dan yang lain di Kulon Progo.

Divisi ini bertugas menanyakan hambatan setiap warga dengan cara door-to-door. Menurutnya, RINDI mendorong teman-teman difabel yang masih kurang percaya diri agar lebih berani menyuarakan pendapatnya.

Ia menambahkan, adapun kegiatan yang sering dilakukan seperti workshop, lokakarya, diskusi serta pelatihan yang bertujuan membangun perspektif bagi perangkat desa.

''SIGAB juga memiliki fasilitator dari setiap desa. SIGAB mengundang teman-teman dari desa untuk berkumpul bersama dan kegiatan ini biasanya dilakukan dua minggu,'' ungkapnya.

Adapun beberapa program atau aktivitas yang telah dilaksanakan dalam SIGAB ini, antara lain:

1. Sunday morning gathering
2. Diskusi bulanan
3. Program pendidikan warga
4. Advokasi menolak syarat sehat jasmani dan rohani dalam pemilu Presiden 2004
5. Advokasi kasus difabel netra yang ditolak mengikuti tes CPNS
6. Pendidikan Publik untuk memeringati Hari Difabel Internasional, dsb.

Sebagai organisasi yang menolak diskriminasi, SIGAB juga membangun perspektif karena masih banyak orang melihat difabel sebagai orang cacat.

Oleh karena itu, SIGAB lebih memilih untuk menggunakan kata 'difabel' yang berarti differently able people daripada penyandang cacat karena dirasa lebih adil dan mengangkat derajat manusia.

Berita Terkait

Berita Terkini