Info

Kombinasi Obat Kaptopril dan Seledri Bisa Atasi Hipertensi Lebih Baik

Hal itu diketahui melalui korelasi antara tekanan darah dengan volume urine.

Vika Widiastuti

Ilustrasi seledri. (pixabay/@erichh)
Ilustrasi seledri. (pixabay/@erichh)

Himedik.com - Doktor dari Fakultas Farmasi Universitas Indonesia (FFUI) Dr. Siska, M Farm., Apt melakukan penelitian terkait manfaat seledri terhadap pengobatan hipertensi atau darah tinggi. Penelitian tersebut berangkat dari tingginya orang yang mengidap hipertensi.

Penyakit ini dialami oleh lebih dari 1 miliar di seluruh dunia, bahkan sering disebut sebagai 'silent killer'. Hal itu karena muncul tanpa gejala dan telah menyebabkan kematian lebih dari 9 juta orang per tahun di seluruh dunia.

Hasil penelitian yang tertuang dalam disertasi berjudul "Studi Interaksi Farmakodinamik dan Farmakokinetik Kombinasi Kaptopril dan Ekstrak Apium Graveolens L. sebagai Antihipertensi pada Tikus Putih Jantan” tersebut dipaparkan Selasa (8/1/2018) di kampus UI Depok.

Penelitian tersebut menunjukkan, kombinasi kaptopril atau obat tekanan darah tinggi dengan ekstrak seledri mampu menurunkan tekanan darah sebesar 42,34 persen lebih baik dibanding pemberian kaptopril tunggal.

Hal itu diketahui melalui korelasi antara tekanan darah dengan volume urine, yaitu penurunan tekanan darah tinggi akan diikuti peningkatan volume urine.

Siska mengungkapkan selama ini, masyarakat kerap menggunakan pengobatan tradisional untuk mengatasi hipertensi. Obat herbal dianggap aman dan mudah untuk digunakan. Namun, dia mengungkapkan, obat herbal tidak sepenuhnya bisa menurunkan tekanan darah. Jadi, obat sintetis juga diperlukan.

Meski begitu, saat menggunakan obat herbal bersamaan dengan obat sintetis sebaiknya tetap dalam pengawasan dokter. Hal ini untuk mencegah terjadinya potensi risiko yang mungkin akan ditimbulkan.

”Diharapkan penelitian ini mampu memberikan manfaat untuk ilmu pengetahuan terkait penggunaan obat herbal untuk pengobatan hipertensi. Selain itu, dapat dijadikan data preklinik bagi tenaga medis untuk mendukung penggunaan herbal pada penyakit. Namun, bagi masyarakat diimbau untuk tetap berhati-hati atas potensi risiko yang mungkin akan timbul jika menggunakan obat herbal bersamaan dengan obat sintetik tanpa sepengetahuan dokter atau tenaga medis lainnya," katanya melalui siaran pers yang diterima HiMedik.com.

Berita Terkait

Berita Terkini