Info

Dikira Gigitan Laba-Laba Biasa, Benjolan di Bahu Hampir Tewaskan Wanita Ini

Dokter sempat menunda-nunda pengobatannya.

Vika Widiastuti | Eleonora Padmasta Ekaristi Wijana

Laba-laba - ((Pixabay/631372))
Laba-laba - ((Pixabay/631372))

Himedik.com - Seorang wanita nyaris kehilangan nyawanya gara-gara bekas luka yang mirip gigitan laba-laba. Benjolan di bahunya itu berubah menjadi hitam sebelum tubuh wanita tersebut mulai melemah.

Awalnya Mary (bukan nama sebenarnya, -red) membersihkan ruang bawah tanahnya yang belum selesai ditata, di rumahnya di New Jersey. Selama akhir pekan pada Oktober 2018 itu, ia mengeluarkan furnitur dan kotak-kotak tua yang sudah bertahun-tahun disimpan di antara sarang laba-laba.

Pada Senin, keesokan harinya, Mary melihat ada dua tonjolan kecil di bahunya yang mirip gigitan laba-laba, tetapi tidak terlalu ia khawatirkan. Keesokannya, Selasa, ketika bangun tidur, Mary baru merasakan, hanya disentuh saja, benjolan itu terasa sakit luar biasa.

"Benjolan itu terasa sangat sakit dalam waktu 12 jam sejak aku melihatnya di bahuku. Disentuh sedikit saja rasanya sangat menyakitkan, seperti pisau yang menusuk ketika ditekan," katanya, dikutip dari Reader's Digest. "Aku tahu rasa sakitnya terlalu berlebihan hanya untuk gigitan laba-laba."

Dokternya kemudian meresepkan antibiotik, tetapi Mary bertanya-tanya apakah itu cukup untuk mengobati dirinya. Lalu, ketika bangun pada Rabu pagi, Mary berkeringat deras dan tidak bisa bangun dari tempat tidur.

Dua benjolan kecil di punggungnya telah membesar seukuran dolar perak dan menghitam. Seorang teman yang melihatnya pada hari itu kemudian memintanya untuk pergi ke UGD. Namun, Mary menolak karena ada janji dengan dokternya pada keesokan hari.

Pada Kamis, benjolan Mary meletus. Saat dia duduk di ruang tunggu kantor dokter, bajunya pun menempel pada luka yang mengalirkan darah itu.

Ketika dokter memeriksa Mary lagi, Mary diminta untuk menunggu satu hari lagi untuk melihat apakah bintik-bintik itu akan membesar. Namun, saat dokter meninggalkan ruangan, perawat menarik Mary dan mendesaknya untuk langsung pergi ke UGD.

Tarantula - (Pixabay/stevepb)
Tarantula - (Pixabay/stevepb)

"Dia menyelamatkan hidupku," kata Mary. "Dia mengatakan kepadaku bahwa benjolan itu semakin besar, hitam, dan agresif. Untung ada dia di sana."

Mary pun segera diperiksa staf UGD, yang kemudian mulai melakukan tes. Saat itulah Mary mendapat kabar mengejutkan: dari darahnya terungkap bahwa infeksi staph serius telah memasuki aliran darahnya dan ia dalam keadaan sepsis, atau tubuhnya bereaksi terhadap infeksi parah.

Dia mengalami gejala-gejala demam, tekanan darah rendah, detak jantung yang cepat, dan kebingungan. Biasanya, mereka yang berisiko tertinggi terhadap sepsis berusia di atas 65 tahun atau memiliki masalah medis kronis seperti kanker, diabetes, atau kondisi yang melemahkan sistem kekebalan tubuh.

Namun, Mary masih jauh dari usia 65 tahun dan kondisi kesehatannya bagus. Kasus ini menunjukkan bahwa siapa pun dapat mengalami reaksi yang mengancam jiwa ini.

Bakteri yang menyebabkan sepsis pada Mary, yakni Staphylococcus aureus, sudah biasa muncul pada siapa pun dan dapat menyebabkan bisul serta infeksi kulit kecil lainnya. Bagi beberapa orang, infeksi itu menyebabkan masalah besar, bahkan kematian.

"Segera setelah aku didiagnosis, aku dipakaikan selang infus," kata Mary. "Ketika aku tanya obatnya apa, kata mereka itu untuk melindungi ginjal. Saat itu aku tidak tahu sepsis dan seberapa berbahayanya."

Selama tiga hari sebelum keluar dari rumah sakit, Mary terus diobati dengan intravena antibiotik. Dia juga harus minum dua antibiotik kuat selama sepuluh hari tambahan untuk membersihkan infeksi.

"Aku masih tidak tahu bagaimana aku tertular infeksi staph, tetapi kalau ingat saat itu, harusnya aku mendengarkan semua alarm di kepalaku, yang mengatakan ada sesuatu yang tidak beres," kata Mary. "Kita harus mendengarkan tubuh kita. Tubuh memberi tahu kita saat kita membutuhkan bantuan."

Berita Terkait

Berita Terkini