Info

Pakar Temukan Metode Transplantasi Tinja untuk Obati Penyakit

Super poopers adalah orang-orang yang fesesnya bagus.

Rauhanda Riyantama | Eleonora Padmasta Ekaristi Wijana

Ilustrasi feses - (Pixabay/Alexas_Fotos)
Ilustrasi feses - (Pixabay/Alexas_Fotos)

Himedik.com - Feses sebagian manusia rupanya memiliki manfaat. Menurut studi yang dipublikasikan dalam Frontiers in Cellular and Infection Microbiology, tinja beberapa orang berpotensi cukup kuat untuk mengobati penyakit radang usus (IBD) dan diabetes tipe 2.

Sebuah analisis besar-besaran dari penelitian terhadap transplantasi feses kini menjadi sorotan. Setelah melalui percobaan demi percobaan, para peneliti dari University of Auckland mendapat donor tunggal, yang fesesnya penuh terisi semua bakteri terbaik dan paling diperlukan.

Para pakar sebenarnya sudah lama menduga akan adanya orang-orang yang disebut 'super poopers' ini, tetapi penelitian ini menjadi salah satu studi menyeluruh pertama yang membuktikan keberadaan mereka.

"Pola keberhasilan dalam uji coba ini menunjukkan keberadaan 'super-donor', yang fesesnya cenderung memengaruhi usus," jelas penulis senior Justin O'Sullivan, dikutip dari Science Alert, Selasa (22/1/2019). "Kami melihat, transplantasi dari donor super mencapai pengurangan gejala penyakit hingga dua kali lipat."

Ilustrasi super pooper - (Pixabay/Alexas_Fotos)
Ilustrasi super pooper - (Pixabay/Alexas_Fotos)

Sayangnya, untuk gangguan kronis lain, seperti diabetes, penelitian tentang kemanjuran transplantasi feses masih kurang dan kesimpulannya tidak kuat.

Sejumlah penelitian menunjukkan bahwa donor tinja dan kualitas sumbangan mereka menentukan respons dari transplantasi tinja. Sama seperti banyak sumbangan medis lainnya, keberhasilan transplantasi feses kemungkinan dipengaruhi oleh sejumlah faktor, termasuk kompatibilitas genetik, reaksi kekebalan, dan keberadaan bakteri dan virus tertentu.

Faktor-faktor ini dapat bervariasi, tergantung pada jenis gangguan yang sedang dirawat. Dengan kata lain, satu feses belum tentu cocok untuk semua pasien.

"Harapan kami, kalau kami sudah menemukan bagaimana ini bisa terjadi, berarti kami bisa meningkatkan keberhasilan transplantasi feses dan bahkan mengujinya untuk kondisi terkait mikrobioma baru seperti Alzheimer, multiple sclerosis, dan asma," kata O'Sullivan.

Berita Terkait

Berita Terkini