Info

Selayang Pandang Tentang Mental Illness: 'Ini Seperti Bukan Gue'

Banyak dari publik yang belum mengetahui tentang mental illness.

Rendy Adrikni Sadikin

Ilustrasi wanita depresi - (Pixabay/JerzyGorecki)
Ilustrasi wanita depresi - (Pixabay/JerzyGorecki)

Himedik.com - Bicara soal Mental Illness di Indonesia, masih banyak nih sebagian dari kita yang nggak tahu soal Mental Illness itu apa. Bagi yang masih belum tahu soal Mental Ilness, kalian perlu sekali mengetahui dan membaca artikel ini.

Mental Illness adalah kumpulan penyakit gangguan kejiwaan yang mempengaruhi pikiran, perasaaan dan perilaku seseorang. Gangguan kepribadian ini membuat penderita sulit untuk mengetahui perilaku yang dianggap normal dan tidak.

Mental Illness juga banyak menimpa remaja loh! Sebagian besar gangguan kesehatan mental muncul pada masa remaja atau mungkin di awal usia 20-an. Para peneliti dari Harvard Medical School menemukan bahwa separuh dari kasus gangguan mental dimulai dari usia sangat muda, 14 tahun dan tigaperempatnya terjadi sejak usia 24 tahun.  Karena kemunculannya yang sangat dini itu, terapi dan penanganannya harus dilakoni sejak awal pula.

Direktur Eksekutif National Alliance on Mental Illness (NAMI), Mary Giliberti menyatakan, 1 dari 5 remaja mengidap kondisi gangguan mental seperti yang dijelaskan dari name.org, tapi hanya kurang dari setengahnya yang memutuskan mencari bantuan. Padahal, Mental Illness adalah gangguan jiwa yang cukup berbahaya dan bisa memicu bunuh diri.

Lalu apa penyebab Mental Illness ini? Banyak faktor yang bisa memicu: stres, depresi karena mengalami tekanan yang begitu dalam terhadap mental, atau rasa traumatis karena kehilangan sesuatu dan seseorang.

Nah, tekanan batin karena lingkungan sekitar atau orang tua, kurang perhatian atau kasih sayang dan masih banyak lagi. Ini juga salah satu penyebab para remaja stres atau depresi banyak yang memutuskan untuk mengkonsumsi obat–obatan terlarang dan sering meminum alkohol atau minuman keras.

Jika kamu, atau teman dan orang orang terdekat yang kamu tahu sering mengalami hal di bawah ini, bisa jadi kamu atau orang terdekatmu memiliki Mental Illness:

1. Kerap sedih dan tidak punya harapan

Sering merasa sedih dan tidak memiliki harapan seperti mengucilkan diri selama lebih dari dua minggu, nah hati-hati lah kalau sebenarnya mentalmu sedang terganggu.

2. Ada keinginan bunuh

Pernah terbersit di benak kamu keinginan atau niat untuk mengakhiri hidup? Waspada, bisa jadi kamu mengalami gangguan mental

3. Tak bisa mengendalikan diri sendiri

Kerap marah kemudian teriak histeris cuma gara-gara hal sepele dan sering melakukan tindakan yang beresiko. Waspadai gejala ini.

4. Kerap takut sesuatu, tapi nggak ada alasan

Jika sering muncul ketakutan namuntidak beralasan bahkan sampai bikin sesak nafas, bisa jadi mental kamu sedang tidak stabil.

5. Perubahan pola makan drastis

Berhenti makan dan suka memuntahkan makanan. Gejala ini bisa memungkinkan kamu mengalami gangguan pada mental.

6. Mood swing

Suasana hati bisa berubah kapan saja. Bisa sangat bahagia, sedih, mudah tersinggung dan marah marah gak jelas.

7. Sering lebay memikirkan suatu hal

Hal kecil saja bisa membuat kamu memikirkannya dengan terus menerus.

8. Suka menyakiti diri sendiri

Menyakiti diri sendiri seperti membenturkan kepala ke tembok. Waspada ini juga salah satu gejala Mental Illness.

Tapi gejala ini tergantung dengan gangguan dan jenis yang di alami, gejala dapat bervariasi:

1. Orang dengan gangguan kepribadian cluster A cenderung sulit berhubungan dengan orang lain. Biasanya dia menunjukkan pola perilaku yang dianggap aneh dan eksentrik.

2. Orang dengan gangguan kepribadian cluster B sulit berhubungan dengan orang lain. Buntutnya, mereka menunjukkan pola perilaku yang dianggap dramatis, tak menentu, mengancam atau mengganggu.

3. Orang dengan gangguan kepribadian cluster C takut terhadap hubungan pribadi. Dia memperlihatkan pola kegelisahan dan ketakutan di sekitar orang lain. Beberapa suka menyendiri dan tidak ingin bersosialisasi.

Pengakuan Awkarin

Seperti pengakuan dari Karin Novilda atau yang dikenal dengan Awkarin dalam video yang dia unggah di Youtubenya.

Di dalam video berdurasi 44 menit ini, ia bukan hanya mengklarifikasi soal alasannya sempat menghilang dari Instagram. Dia juga mengisahkan soal Mental Illness yang dia alami.

Menurut dia, orang Indonesia kurang mengetahui dengan baik soal Mental Illness. Sebab di Indonesia masih banyak yang malu membicarakan atau mengakuinya. Thus, orang–orang Indonesia masih sedikit yang mengetahui tentang Mental Illness.

Awkarin menceritakan pada saat di bangku SMA, pernah mengalami masuk keluar rumah sakit karena upaya bunuh diri berulang kali. Penyebabnya: depresi. Awalnya, Awkarin tidak tahu mau cerita kepada siapa karena takut dikira nggak waras. Kondisinya pun memburuk karena tidak tahu harus melakukan hal apa.

“Aku takut akan kehilangan sesuatu mungkin seseorang, nggak harus pacar mungkin sahabat bisa itu termasuk keluarga atau siapapun itu pokoknya intinya aku takut kehilangan akan sesuatu, situasi, moment dan intinya adalah aku takut kehilangan apa yang telah aku punya. Aku juga takut tergantikan, aku juga takut gak jadi yang terbaik untuk seseorang” katanya.

Seperti dibahas di atas salah satu gejala Mental Illness ialah memiliki rasa takut yang berlebihan. Meski setiap manusia pasti takut kehilangan sesuatu, Mental Illness bisa memiliki perasaan itu namun dengan kapasitas yang berlebihan.

Awkarin mengalami masa-masa depresi selama 2 tahun. Dia melewatinya sendiri. Dia masih malu untuk cerita ke orangtua dan juga kepada teman nya. Kesadarannya mulai muncul setelah ia mencoba berjalan ke arah yang lebih baik seperti menonton motivational speech dan membaca motivasi-motivasi yang bisa membuat dia bangkit.

Hingga akhirnya, dia tidak depresi lagi dan dikelilingi oleh orang-orang yang peduli dengannya. Sejak kelas 2 sampai 3 SMA Karin sudah tidak mengalami depresi lagi selama bertahun-tahun termasuk pada beberapa tahun yang lalu pada saat ‘Awkarin’ sedang marak-maraknya dengan hujatan haters di Instagram karena membuat kecerobohan dengan video nangis nangisnya menceritakan tentang putus cinta. Pada saat itu, dia merasa cuek dengan sekitar dan omongan orang lain terhadapnya.

Tibalah saat Awkarin memutuskan masuk ke salah satu manajemen. Dengan asal, dia meneken sebuah kontrak. Ternyata, Awkarin diharuskan menampilkan imej sebagai ‘Bad Girl’. Dia pun terpaksa tampil tidak sesuai jati dirinya. Tapi, dia tidak bisa menolak, karena terlanjur menandatangani kontrak. Di dalam kontrak itu, ada sanksi atau ketentuan yang akan ia dapatkan jika melanggarnya.

Awkarin kembali mengalami depresi setelah dituduh menjadi penyebab kematian dari seseorang.

“Tanpa tahu kebenarannya semua orang menunjuk bahwa aku yang menyebabkan kematian seseorang ini,” ujarnya. Dengan didukung kabar yang beredar meski teman-teman dan Awkarin sendiri mengetahui kebenarannya, masyarakat tetap menganggap Awkarin penyebabnya. Bahkan, manajemen yang sudah dianggap seperti keluarga, meninggalkan Awkarin karena mereka ikut ditunjuk sebagai penyebab kematian seseorang itu. Padahal mereka mengetahui semuanya dan mereka adalah saksi yang nyata.

Pada intinya, Awkarin mengaku ditinggalkan semuanya. Dia juga sempat dirundung seseorang dengan kata-kata di balik layar, “Dasar pembunuh you don’t deserve to live. Lo yang harusnya mati.”

Menapaki Juli 2017, Mental Illness yang telah lama Awkarin perjuangkan akhirnya terjadi lagi. Dia mengalami depresi hingga sempat mencoba untuk bunuh diri. Namun depresi pada saat itu tidak berlangsung lama. Sebab, dia dikelilingi oleh orang orang yang sayang kepadanya. Awkarin pun sudah mulai bersahabat dengan kondisinya. Ia hanya mengalami depresinya selama 2 bulan.

“Dulu aku punya temen yang bener-bener care sama aku, yang ada sampe nemenin aku tiap hari buat supaya aku nggak ngerasa sendiri,” ujar Awkarin dengan menyebutkan nama teman-temannya pada saat itu.

Menurut Awkarin, segala risakan dari masyarakat Indonesia bukanlah suatu hal yang penting karena ada teman-temannya.

Salah satu hal positif yang Awkarin dapatkan dari Mental Illness-nya adalah perkataan yang menjatuhkannya serta pengalaman hidupnya dapat menjadikan dia pribadi yang seperti sekarang dan membuat ia bangkit.

Awkarin sukses menjalani bisnisnya selama satu tahun, bahkan manajemen yang ia bangun kini diisi dengan talenta-talenta yang berbakat. Hingga akhirnya masyarakat sekarang mulai memberi banyak komentar positif kepada Awkarin.

Setelah Awkarin merasa sudah memiliki semua yang dia butuhkan di dunia ini: kasih sayang, perhatian, dan uang. Dia menyadari ternyata media sosial bukanlah suatu kebahagiaan yang kekal karena menjadi salah satu faktor yang membuat dia berpikir untuk mencari sesuatu yang lebih yang bisa ia dapatkan dan tidak kembali membawa dia depresi.

Sebab, jika tidak, dia bisa semakin banyak berpikiran akan hal-hal seperti kenapa likes dia di Instagram hanya segitu-gitu saja dan apa yang harus dia lakukan untuk mendapatkan lebih banyak likes lagi. Tapi Karin menyadari itu bukan lah suatu hal yang benar.

Awkarin adalah salah satu pengidap Mental Illness yang sukses bertahan hidup dan tidak malu mengakui kepada orang terdekat bahkan masyarakat luas terkait kondisinya. Masih banyak beberapa orang di sekitar kita yang menutupinya dan memutuskan untuk tidak konsultasi.

'Seperti bukan gue'

Pada 8 November 2018, aku mewawancarai salah satu temanku yang mengalami Mental Illness. Kali pertama, dia menyadari Mental Illness ketika teman-teman melihat dia bereaksi memukul dirinya sendiri.

Karena sedih dan depresi, dia berpikir untuk mengakhiri hidupnya dan mencoba hal-hal yang tidak sama sekali membuatnya takut. Bukan hanya memukuli diri sendiri, dia pun sering membenturkan kepala ke dinding, juga membanting barang di sekitarnya.

“Itu bahkan gue nggak ngerasa sama sekali. Gue sadar tapi apa ya, agak ilang gitu aja. Tiba-tiba kayak bukan gue,” ujarnya.

Banyak pemicu kambuhnya Mental Illness-nya, bisa karena ada seseorang yang salah perkataan kepadanya. Atau bisa saja datang tiba-tiba saat dia sedang merasa sendiri di kamar atau suatu tempat lainnya yang mulai membuatnya menangis. Alhasil, dia ingin melakukan hal-hal berbahaya yang aneh.

Hal yang bisa saja dialami pada saat Mental Illness-nya terjadi cukup parah dan sangat berbahaya. “Iya itu gue nyakitin diri sendiri, gue lempar barang. Kaya hape gue, laptop. Gila sih gue ngelakuin apa aja yang gue benar benar nggak takut sama sekali. Buat matipun atau apapun gue nggak takut. Bisa-bisa aja kereta lagi lewat terus gue nyeberang aja gue bodo amat. Gila deh pokoknya,” katanya.

Meski begitu, narasumberku memutuskan untuk hanya bercerita kepada sahabat-sahabatnya. Sebab, dia tahu kalau menahannya sendiri, akan merasa lebih berat. Tapi keluarnya tidak mengetahui. Dia merasa tidak dekat dengan mereka. Meski adiknya sesekali pernah mendengar suara saat menyakiti diri sendiri, ia memutuskan untuk menutupi dengan berbohong.

“Pernah waktu itu adik gue buka pintu terus nanya 'kakak pukul-pukul apa?’ dan gue jawab ‘nggak ini barang jatoh’ atau nggak gue bilang aja tadi gue kejedut. Beneran dan mereka percaya. Pasti mereka sering dong denger bunyi apa suara apa, ‘beg, beg, beg’ gitu,” katanya.

Sejauh ini, dia enggan melakukan konsultasi meskipun teman-temannya sudah mengusulkan dia untuk ke Psikolog atau Psikiater dan lembaga kesehatan lainnya. Alasannya: dia tidak tahu harus menceritakannya seperti apa dan perasaan dia sebenarnya itu apa.

Dia takut bahwa itu malah menimbulkan pikiran jika nanti ia dinyatakan sakit jiwa. “Orang-orang kayak gue gak bisa digituin, itu malah gue makin stress dan beneran nggak mau hidup kali ya. Dan itu sering banget, gue mendingan diem aja pura pura nggak tahu," katanya.

Upaya menenangkan diri ketika Mental Illness-nya kambuh adalah dengan diam, mencoba mengatur nafas dan membuat dirinya lebih tenang kendati sebenarnya tidak bisa dan merasa semakin parah.

Hal lainnya dengan melakukan kesibukan yang mungkin bisa membuatnya lupa seperti tidur, menonton film atau menelepon teman teman dekatnya.

“Gue paling ngerepotin temen gue kaya resahin temen gue juga. Gue pengen ngelakuin hal aneh soalnya kalo nggak ada yang cegah juga, kalo nggak ada yang sayang dan peduli sama gue mungkin gue udah lewat dari batas gitu loh. Percobaan bunuh diri aja udah nggakn baik buat diri gue sendiri. Kalo nggak ada yang berhentiin, gue nggak bakal berhenti,” kata narasumberku.     

Kesimpulannya adalah seseorang yang memiliki Mental Illness tidak berbahaya bagi orang lain dan sekitarnya. Dia hanya dapat membahayakan diri nya sendiri. Kita sebagai masyarakat juga harus peka dan peduli terhadap Mental Illness ini.

Tidak sedikit loh remaja yang mengalami Mental Illness. Justru dengan adanya kasih sayang dan perhatian lebih dari teman-teman dan keluarganya itu adalah salah satu penguat kehidupannya ketika sedang merasa depresi.

Peran orang tua adalah hal yang sangat penting bagi pengidap Mental Illness. Orang tua harus peka terhadap kebiasaan dan perilaku anaknya.

Ketahuilah anak lebih dari orang lain atau sahabatnya dan cobalah raih anak kalian agar bisa nyaman cerita dan meluapkan semua yang ia rasakan kepada orang tua.

Jangan sampai anak mengalami masa masa depresi atau Mental Illness nya ini sendiri, takut untuk cerita atau bahkan malu.

Jalinlah kedekatan terhadap anak bagaikan ‘teman’ atau sahabatnya. Jadi lah orang tua yang tidak keras namun tegas dan bisa membuat anak nyaman untuk berada di dekat kita. Jangan sampai anak merasa kurang perhatian dan semakin mengucilkan diri.

Beruntung bagi pengidap Mental Illness yang mungkin tidak dekat dengan orang tua namun memiliki banyak teman yang setia dan peduli menemaninya, coba kalau tidak? Bisa bayangkan apa yang akan terjadi kepada dirinya?

Nah setelah membaca ini, tidak ada lagi alasan untuk kalian tidak mengetahui apa itu Mental Illness, jadilah manusia yang peka terhadap lingkungan.

Stop Bullying, karena kalian tidak pernah tahu akibat yang bisa orang tersebut dapatkan setelah di Bully. Bagaimana kalau kalian sebagai Pembully adalah penyebab seseorang depresi dan mengalami Mental Illness?

Apa keuntungan yang kalian dapat setelah membully? Kalian tidak pula akan terlihat bagus di mata semua orang. Hargai dan peduli dengan lingkungan sekitar kita, tidak ada salahnya mengetahui lebih luas dan berbuat baik kepada orang lain. Minimal jika tidak bisa berbuat baik, setidaknya tidak menyakiti.

Teruntuk kalian yang mengalami Mental Illness, hari-hari kalian tidaklah begitu berat. Tanpa kalian sadari, lingkungan sekitar seperti keluarga, teman dan sahabat adalah orang orang yang sangat peduli dan sayang kepada kamu loh!

Buang jauh jauh rasa takut dan malu kalian untuk bercerita terutama kepada orang tua. Tidak ada satupun orang tua yang akan marah atau bahkan tidak terima jika mengetahui anak tercintanya sedang mengalami depresi atau Mental Illness.

Justru dengan ceritanya kalian ke orang tua, ini adalah kesempatan untuk kamu bisa menjalani hari-hari kamu lebih tenang.

Konsultasi juga bukan suatu yang harus dihindari atau bahkan di takuti, kalian tidak akan di anggap ‘sakit jiwa’ atau dikucilkan sama sekali. Dengan adanya Konsultasi, kalian bisa mengetahui banyak hal baik untuk diri kalian sendiri seperti cara menghilangkan ketakutan berlebihan terhadap sesuatu, cara kalian menenangkan diri ketika depresi dan menghindari hal hal yang buruk terjadi pada saat Mental Illness kalian kambuh.

Yuk beranikan diri untuk sharing dan mengetahui hal-hal positif yang bisa kalian dapatkan setelah kalian konsultasi! Juga buanglah jauh-jauh rasa malu untuk mengakuinya terhadap orang lain, apalagi orang tua.

TASYA SABILLA AZWAR

Artikel ini merupakan kiriman pembaca HIMEDIK. Isi dari artikel ini merupakan tanggung jawab penulis, bukan tanggung jawab redaksi HIMEDIK.

Berita Terkait

Berita Terkini