Info

NTB Darurat Rabies, Kenali Gejala dan Cara Pengobatannya

Rabies adalah penyakit yang disebabkan oleh virus yang mempengaruhi saraf dan otak.

Vika Widiastuti | Dwi Citra Permatasari Sunoto

Anjing yang disuntik rabies. (Suara.com/press release)
Anjing yang disuntik rabies. (Suara.com/press release)

Himedik.com - Provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB) kembali dinyatakan darurat rabies. Menurut Kepala Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan Kabupaten Dompu, NTB, Zainal Arifin, yang dilansir dari Suara.com, sepanjang tahun 2018 hingga Februari 2019 telah tercatat ada sebanyak 544 gigitan hewan penular rabies dengan angka kematian mencapai 5 orang.

Menurut Zainal, salah satu faktor penyebaran rabies di kabupaten Dompu adalah tradisi masyarakat yang melakukan perladangan berpindah dengan membawa serta anjing penjaga.

Maka dari itu sebagai upaya penanganan, Dinkes Dompu melakukan vaksinasi dan eliminasi hewan liar, serta mengupayakan agar tidak terkaji lalu lintas hewan penular rabies keluar dari wilayah Dompu ke wilayah lainnya.

Sebagai informasi, rabies adalah penyakit yang disebabkan oleh virus yang mempengaruhi saraf dan otak. Virus biasanya ditularkan melalui gigitan hewan yang terinfeksi.

Hewan yang terinfeksi memiliki virus dalam air liurnya. Virus memasuki tubuh melalui kulit yang rusak, mata, hidung, atau mulut, dan menyebar melalui saraf ke otak. Virus akan memperbanyak dirinya sehingga menyebabkan peradangan dan kerusakan.

Sayangnya gejala rabies tidak akan langsung muncul setelah terkena gigitan. Gejalanya muncul setelah beberapa hari bahkan bisa lebih dari setahun setelah gigitan terjadi.

Anjing. (Pixabay/PublicDomainPictures)
Anjing. (Pixabay/PublicDomainPictures)

Pada awalnya seseorang yang terinfeksi akan mengalami perasaan geli, tusukan, atau gatal di sekitar area gigitan. Serta flu, demam, sakit kepala, sakit otot, kehilangan nafsu makan, mual, dan kelelahan.

Setelah beberapa hari akan timbul gejala neurologis, seperti lekas marah, agresivitas gerakan, agitasi yang berlebihan, kebingungan, halusinasi, kejang otot, hingga mulut berbusa.

Menurut informasi yang diperoleh dari laman kidshealth penyakit rabies tidak menular dari orang ke orang. Virus paling sering menyebar melalui gigitan dari hewan yang terinfeksi.

Namun, virus juga dapat menyebar jika air liur hewan masuk langsung ke mata, hidung, mulut, atau luka yang terbuka.

Masalahnya adalah tidak ada pengobatan yang efektif saat gejala rabies muncul. Inilah sebabnya mengapa dokter fokus pada pencegahan dan mencoba menghentikan penyakit setelah seseorang terpapar, yaitu dengan memberikan dua suntikan secepat mungkin, yaitu:

Pertama, rabies imun globulin: Ini memberikan perlindungan segera saat vaksin mulai bekerja.

Kedua, vaksin rabies: Ini diberikan sebagai rangkaian empat dosis, pada hari 0, 3, 7, dan 14 (hari 0 adalah hari dosis pertama). Namun, orang dengan sistem kekebalan yang lemah mendapatkan dosis ekstra pada hari ke 28.

Berita Terkait

Berita Terkini