Info

Terobosan Baru, Peneliti Kembangkan Prosedur Membuat Bayi dari Sel Kulit

Peneliti menemukan bahwa prosedur ini efektif untuk membuat bayi.

Vika Widiastuti

Ilustrasi bayi baru lahir. (Unsplash/Kelly Sikkema)
Ilustrasi bayi baru lahir. (Unsplash/Kelly Sikkema)

Himedik.com - Sebuah prosedur baru yang dikembangkan menawarkan pasangan yang mengalami gangguan kesuburan untuk memiliki buah hati.

Peneliti dari Stanford University ini menggunakan sel kulit biasa untuk membuat sperma dan sel telur buatan di laboratorium. Dalam uji coba pada hewan, peneliti menemukan bahwa prosedur ini efektif untuk membuat bayi.

Kirtly Jones dari Obstetrics and Gynecology di University of Utah Healthcare, mengatakan bahwa menggunakan sel-sel kulit untuk bereproduksi secara signifikan dapat membantu mereka yang kehilangan sel telur atau sperma karena proses menopause pada perempuan, efek kemoterapi, dan faktor lainnya.

"Jika seorang perempuan dan pasangan sejenisnya ingin membuat bayi dengan DNA dari mereka berdua, mereka dapat menggunakan teknologi ini. Orang-orang akan memiliki sumber telur dan sperma dengan DNA mereka sendiri," ujar Jones seperti dikutip Suara.com dari laman Medical Daily

Sel induk pluripotent terinduksi (iPSCs) pertama kali dilaporkan efektif untuk dikonversi menjadi sperma dalam sebuah studi 2011. Para peneliti menggunakan sel-sel kulit untuk membuat sperma tikus buatan, yang mampu membuahi sel telur tikus betina dan menghasilkan anak-anak tikus yang sehat.

Ilustrasi bayi - (Pixabay/jarmoluk)
Ilustrasi bayi - (Pixabay/jarmoluk)

Para ahli mengatakan, proses tersebut dapat memungkinkan pasangan dari jenis kelamin yang sama untuk memiliki bayi yang secara genetik berhubungan dengan kedua orangtua. Untuk pasangan lelaki sesama jenis, prosesnya masih membutuhkan ibu pengganti untuk melahirkan bayi mereka.

Henry Greely, ahli bioetika di Stanford University di California, mengatakan mengubah kulit untuk menghasilkan bayi diperkirakan dapat menjadi metode standar reproduksi manusia.

"Saya memprediksi bahwa dalam waktu 20 hingga 40 tahun ke depan, seks untuk tujuan reproduksi sebagian besar akan hilang," tulisnya dalam bukunya 2016 'The End of Sex'

Namun, ahli mencatat uji klinis lebih lanjut diperlukan untuk memastikan keamanan dan efektivitas penggunaan sel kulit untuk membuat embrio manusia. (Suara.com/Firsta Nodia)

Berita Terkait

Berita Terkini