Info

Implan Otak Dilakukan di China untuk Atasi Kecanduan Narkoba

Pasien mengaku mendapat efek yang ajaib setelh menjalani implan otak.

Agung Pratnyawan | Eleonora Padmasta Ekaristi Wijana

Ilustrasi pasien operasi - (Pixabay/12019)
Ilustrasi pasien operasi - (Pixabay/12019)

Himedik.com - Implan otak tengah memicu perdebatan yang cukup panas di kalangan profesional bidang kedokteran. Prosedur itu baru-baru ini dilakukan oleh para ahli bedah di China untuk mengatasi kecanduan narkoba.

Pelaksanaan prosedur itu, dikutip HiMedik.com dari Futurism, Kamis (9/5/2019), menggunakan stimulasi otak dalam (DBS), teknologi eksperimental yang dilakukan dengan menanamkan alat seperti alat pacu jantung di otak pasien untuk mengirim impuls listrik.

Ini merupakan prosedur yang sangat berisiko, dan efeknya pada otak manusia belum sepenuhnya dipahami.

Namun, beberapa praktisi percaya, implan otak bisa menjadi cara untuk meringankan gejala depresi atau bahkan membantu mengobati Alzheimer. Sekarang mereka bahkan menduga prosedur itu juga bisa membantu mengatasi kecanduan narkoba.

Implan otak pertama di dunia, menurut Associated Press, dijalani seorang pasien di Rumah Sakit Ruijin Shanghai. Perangkat DBS ditanamkan pada otaknya untuk mengobati kecanduan metamfetamin.

Pasien pun berkomentar, alat itu memiliki efek positif yang menakjubkan.

Ilustrasi otak - (Pixabay/PublicDomainPictures)
Ilustrasi otak - (Pixabay/PublicDomainPictures)

"Mesin ini cukup ajaib. Dia bisa menyesuaikan untuk membuat Anda bahagia, dan Anda akan bahagia, membuat Anda gugup, dan akan Anda gugup," katanya kepada Associated Press.

"Itu mengendalikan kebahagiaan, kemarahan, kesedihan, dan kegembiraanmu." lanjutnya.

Studi lain di China juga telah memberikan hasil yang beragam dari percobaan mengobati kecanduan opioid menggunakan DBS.

Di sisi lain, di Amerika Serikat, setidaknya dua penelitian yang mencoba mengobati kecanduan alkohol dengan DBS dihentikan karena risikonya belum terjamin dengan pasti.

Gagasan menggunakan DBS untuk mengobati kecanduan narkoba telah menimbulkan kekhawatiran di komunitas medis di seluruh dunia, dan itu bukan sekadar risiko yang melekat dari pendarahan otak, kejang, infeksi, atau perubahan kepribadian.

Beberapa peneliti berpendapat bahwa hubungan yang tepat antara teknik implan otak dan kecanduan narkoba belum diketahui pasti dan memerlukan penelitian lebih lanjut.

Sementara itu, penelitian pada hewan memang telah menunjukkan beberapa tanda efektivitasnya, tetapi tetap belum begitu meyakinkan.

Berita Terkait

Berita Terkini