Himedik.com - Sebuah studi baru mengungkapkan, orang yang menikah justru lebih rentan mengalami demensia dibanding orang yang masih lajang.
Hal ini telah dibuktikan oleh peneliti dari Michigan State University. Orang menikah disebut cenderung mengalami demensia seiring bertambahnya usia.
Baca Juga
Waspada, Studi Ungkap Kaitan antara Kadar Hemoglobin dan Risiko Demensia!
Kisah Pilu Anak 2 Tahun Meninggal di Pelukan Ibunya karena Demensia Dini
Kamu Harus Tahu! Ini 11 Pedoman Kurangi Risiko Terkena Demensia dari WHO
Video Staf Panti Jompo Goda dan Ejek Pasien Demensia, Ulahnya Tuai Kecaman
Demi Tepati Janji, Suami Bunuh Istri yang Terkena Demensia dan Bunuh Diri
"Penelitian ini penting karena jumlah orang dewasa lanjut usia yang belum menikah di Amerika Serikat terus bertambah. Karena orang hidup lebih lama dan sejarah perkawinan menjadi lebih kompleks," kata Profeson Hui Liu yang memimpin penelitian ini, dikutip dari Mirror.
Menurutnya, status perkawinan dan permasalahan di dalamnya berkaitan dengan risiko demensia seseorang.
Dalam studi tersebut, para penelitian telah menganalisis data 15 ribu orang yang menikah, bercerai, menjanda dan tidak pernah menikah.
Data dikumpulkan selama 14 tahun, termasuk informasi tentang fungsi kognitif, kondisi kronis dan perilaku mereka. Hasilnya menunjukkan orang yang menikah secara tidak sadar mengembangkan risiko demensia.
Orang yang mengalami perceraian dalam pernikahannya kemudian dinyatakan paling berisiko mengalami demensia seiring bertambahnya usia. Dalam kasus ini, pria adalah yang paling berisiko mengalami demensia.
Namun, para peneliti juga menemukan risiko demensia ini juga dipengaruhi besar oleh kondisi kronis kesehatan dan perilaku orang.
Sementara itu, hubungan penyakit ini dengan pernikahan dan perceraian sebenarnya belum jelas. Peneliti masih perlu mengidentifikasi lebih dalam bersama dokter terkait hubungan status perkawinan dan risiko demensia.
"Temuan ini akan membantu para pembuat kebijakan dan praktisi kesehatan untuk mengidentifikasi orang yang lebih rentan dan merancang strategi intervensi efektif untuk menurunkan risiko demensia," jelasnya.