Info

Kesehatan Mulut yang Buruk Sebabkan Penurunan Kognitif, Benarkah?

Peneliti telah mewawancarai lebih dari 2700 orang Tionghoa-Amerika di atas usia 60 tahun.

Vika Widiastuti

Ilustrasi kesehatan mulut. (shutterstock)
Ilustrasi kesehatan mulut. (shutterstock)

Himedik.com - Bukan cuma menyangkut bau mulut hingga kepercayaan diri, kesehatan mulut juga memengaruhi kesehatan tubuh lainnya. 

Dilaporkan bahwa kesehatan mulut yang buruk berkaitan dengan penurunan kualitas hidup, seperti depresi, hipertensi, dan penurunan kognitif.

Studi-studi ini diterbitkan dalam jurnal American Geriatrics Society, peneliti telah mewawancarai lebih dari 2700 orang Tionghoa-Amerika di atas usia 60 tahun. Mereka menemukan bahwa hampir 50 persen mengalami gejala masalah gigi, dan 25,5 persen mengalami mulut kering.

Dilansir dari healthline, dalam studi pertama dilaporkan, mereka yang mengalami masalah gigi, mengalami penurunan kognisi dan memori episodik, sering menjadi prekursor ke demensia.

Lalu, pada studi kedua, peneliti menemukan bahwa stres meningkatkan gejala mulut kering hingga menyebabkan kesehatan mulut lebih buruk secara keseluruhan.

Menurut XinQi Dong, Direktur direktur Institut Kesehatan, Kebijakan Perawatan Kesehatan dan Penelitian Lanjut Usia di Rutgers University, masalah gigi akan bertambah apalagi pada orang yang kurang memiliki akses terhadap perawatan gigi.

Ilustrasi dokter gigi dan pasiennya. (Shutterstock)
Ilustrasi dokter gigi dan pasiennya. (Shutterstock)

Temuan kunci dalam penelitian ini adalah fakta bahwa orang Tionghoa-Amerika yang lebih tua melaporkan memiliki masalah gigi pada awal, juga mengalami penurunan kognisi dan memori episodik.

Sebanyak 18,9 persen orang Tionghoa-Amerika mengalami masalah gusi. Sementara 15,6 lainnya mengalami masalah gigi dan gusi dengan 25,5 persen mengalami mulut kering.

"Dalam penelitian kami, tingkat prevalensi mulut kering diikuti oleh penyakit diabetes dan penyakit jantung. Temuan kami menunjukkan pentingnya mempelajari hubungan antara stres dan mulut kering," terang penulis Weiyu Mao, Asisten Profesor School of Social Work, University of Nevada, Reno.

Berita Terkait

Berita Terkini