Info

Beauty Blender Jadi Alat Makeup yang Mengandung Bakteri Berbahaya Terbanyak

Semua produk dan alat makeup punya masa kedaluwarsa, begitu pun dengan beauty blender.

Yasinta Rahmawati | Rosiana Chozanah

Ilustrasi alat makeup (unsplash/@Jamie Street)
Ilustrasi alat makeup (unsplash/@Jamie Street)

Himedik.com - Makeup seakan sudah menjadi kebutuhan bagi sebagian besar orang di dunia.  Tidak hanya membuat penampilan semakin menarik, tetapi juga membuat seseorang mengekspresikan diri mereka.

Menurut data per Mei 2017, di Amerika saja ada sebanyak 31% orang berusia 18-29 tahun, 41% orang berusia 30-59 tahun, dan 35% orang berusia 60 tahun ke atas yang memakai makeup setiap harinya.

Semua produk makeup tentu memiliki masa simpan, salah satunya beauty blender yang sering digunakan untuk mengaplikasikan foundation, concealer, hingga bedak.

Studi baru yang dilakukan oleh School of Life and Health Sciences di Aston University, Birmingham, menunjukkan banyaknya produk rias dan aplikator makeup yang sebenarnya mengandung bakteri berbahaya.

Sampel dari 467 produk kecantikan yang terdiri dari 96 lipstik, 92 eyeliners, 93 mascaras, 107 lipgloss, dan 79 beauty blender membuktikan 70-90% dari semua produk tersebut terkontaminasi bakteri. Beauty blender adalah aplikator terparah.

Ilustrasi Belanja kosmetik online. (Shutterstock)
Ilustrasi alat kosmetik . (Shutterstock)

Peneliti menemukan bakteri S. aureus, E. coli, dan Citrobacter freundii lebih dominan pada produk-produk tersebut.

Melansir Medical News Today, bakteri tersebut adalah penyebab infeksi kulit, keracunan makanan, dan infeksi saluran kemih (ISK).

"Sebagian besar kontaminan terdiri dari staphylococci/micrococci. Enterobacteriaceae juga terdeteksi pada semua jenis produk, dengan prevalensi tinggi pada beauty blender (26,58%)," tulis para peneliti dalam makalah studi mereka.

Beauty blender juga memiliki tingkat kontaminasi jamur tertinggi, yaitu 56,96%.

Para peneliti menduga, kondisi aplikator yang selalu lembap membuat bakteri dan jamur dengan mudah berkembang biak.

Temuan ini dipublikasikan di Journal of Applied Microboiology oleh Amreen Bashir, Ph.D., dan Prof. Peter Lambert.

Berita Terkait

Berita Terkini