Info

Pernyataan Sitti Hikmawatty Bikin Publik Soroti Edukasi Seksual yang Rendah

Sayangnya, hingga kini masih ada beberapa orang maupun wilayah yang menganggap edukasi seksual sebagai hal yang tabu.

Yasinta Rahmawati | Rosiana Chozanah

Ilustrasi edukasi seksual - (Shutterstock)
Ilustrasi edukasi seksual - (Shutterstock)

Himedik.com - Pernyataan Komisioner Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) Sitti Hikmawatty mengenai perempuan bisa hamil saat berenang bersama pria dikritik banyak orang. Sejak itu, publik mulai membahas betapa pentingnya edukasi seksual di Indonesia.

Tidak hanya itu, beberapa warganet pun lebih 'melek' terhadap permasalahan ini.

Misalnya di Twitter, mulai muncul berbagai utas yang membahas masalah kesehatan reproduksi. Salah satunya dari warganet yang membagikan hasil tangkapan layar yang berisi pertanyaan publik kepada dokter kandungan ini.

Utas yang menunjukkan rendahnya edukasi seksual di Indonesia (Twitter)
Utas yang menunjukkan rendahnya edukasi seksual di Indonesia (Twitter)

Bahkan, ada yang bertanya apakah sperma masih hidup ketika sudah kering.

Utas yang menunjukkan rendahnya edukasi seksual di Indonesia (Twitter)
Utas yang menunjukkan rendahnya edukasi seksual di Indonesia (Twitter)

Utas ini seketika ramai dan banyak warganet yang menyayangkan betapa rendahnya pendidikan kesehatan reproduksi, terutama edukasi seks, di Indonesia.

"Jadi dokter tuh pusing ngga ya nanggepin pertanyaan2 kayak gini," tulis pemilik akun tersebut.

"Duh sex education memang dibutuhkan bangsa ini," komentar salah satu warganet pada utasnya.

Ternyata, hal ini juga dibenarkan oleh dokter kebidanan dan kandungan RSUP Dr Sardjito, dr. Shofwal Widad, Sp.OG.KFER.

"Betul, apakah itu (edukasi seksual di Indonesia) rendah? Iya. Walaupun itu tidak bisa dipukul rata. Beberapa daerah, dia akomodatif, beberapa daerah resistan," tutur dr. Wirdad pada Suara.com, Rabu (26/2/2020).

Sayangnya, hingga kini masih ada beberapa orang maupun wilayah yang menganggap edukasi seksual sebagai hal yang tabu.

"Di beberapa daerah itu memang termasuk mungkin tabu, memberikan materi edukasi kesehatan reproduksi terutama untuk remaja dan anak sekolah, masuk ke dalam kurikulum saja banyak yang tidak setuju," tambahnya.

Utas yang menunjukkan rendahnya edukasi seksual di Indonesia (Twitter)
Utas yang menunjukkan rendahnya edukasi seksual di Indonesia (Twitter)

Menurutnya, ini terjadi akibat mispersepsi. Mereka menganggap konten pendidikan atau edukasi seks itu seolah-olah seperti pendidikan yang mengajarkan bagaimana melakukan hubungan seks.

"Padahal sebenarnya jauh dari itu. Visi dan Misinya sebenarnya jauh dari itu, tujuannya adalah memberikan edukasi yang benar apa itu reproduksi, bagaimana dia menjalani masa peralihan ke pubertas, kemungkinan dia secara biologis mungkin hamil, tanggung jawab dan kosekuensi dia setelah pubertas, itu yang sebenarnya kita kawal," ujarnya.

Itulah sebabnya, Shofwal menganggap jalur formal adalah hal penting karena jalur ini dapat menjangkau lebih luas.

"Paling ideal adalah melalui beberapa jalur. Jalur formal masih tetap saya memandang itu penting. Karena itu paling mudah dapat mengakses setiap pelajar," tandasnya.

Berita Terkait

Berita Terkini