Info

Temuan Baru: Antibodi Pasien yang Sembuh dari Virus Corona Sangat Rendah

Para ilmuwan dari China telah menemukan bahwa sekitar sepertiga dari pasien yang berhasil sembuh justru memiliki tingkat antibodi sangat rendah dalam darahnya.

Yasinta Rahmawati | Shevinna Putti Anggraeni

Ilustrasi masker dan virus corona. (Pixabay)
Ilustrasi masker dan virus corona. (Pixabay)

Himedik.com - Diyakini, pasien yang sembuh dari virus corona Covid-19 tidak akan terinfeksi kembali. Tetapi, sebuah penelitian di China menemukan hal sebaliknya, yakni sejumlah pasien yang sembuh justru memiliki antibodi sangat rendah.

Sebelumnya, pemerintah telah memesan 17,5 juta kit antibodi. Alat ini berfungsi mendeteksi antibodi pasien yang sedang terinfeksi dan sudah pulih dari virus corona Covid-19.

Namun, para ilmuwan dari China telah menemukan bahwa sekitar sepertiga dari pasien yang berhasil sembuh justru memiliki tingkat antibodi sangat rendah dalam darahnya.

Peneliti Universitas Fudan di China pun membuat penemuan setelah menganalisis sampel darah dari 175 pasien yang menjalani perawatan di Pusat Kesehatan Masyarakat Shanghai.

Mereka melibatkan semua pasien yang sudah pulih dari virus corona Covid-19. Hasilnya, sebanyak 30 persen pasien yang masih muda justru memiliki antibodi sangat rendah.

Virus Corona Covid-19. (Shutterstock)
Virus Corona Covid-19. (Shutterstock)

Meski demikian, kadar protein akan meningkat seiring bertambahnya usia. Karena pasien yang berusia antara 60 hingga 85 tahun menunjukkan jumlah antibodi 3 kali lipat dari kelompok orang usia 15 hingga 39 tahun.

Temuan ini sekaligus menegaskan bahwa penyakit ini paling mematikan ketika memicu respons kekebalan yang ekstrem. Lalu orang berusia 70 tahun ke atas lebih berisiko meninggal dunia.

Namun, protein ini tidak terdeteksi sama sekali dalam 10 pasien yang pernah dinyatakan positif terinfeksi dan akhirnya sembuh dari virus corona Covid-19. Sehingga para peneliti memeringatkan mereka berisiko terkena virus corona Covid-19 kedua kalinya.

Ilustrasi vaksin COVID-19. [Shutterstock]
Ilustrasi vaksin COVID-19. [Shutterstock]

Temuan para ilmuwan ini juga menunjukkan bahwa tes antibodi sangat diperlukan lebih jauh dalam menangani pasien virus corona Covid-19. Tetapi, tes antibodi ini masih menimbulkan perdebatan di Inggris.

"Jika banyak orang yang memiliki tingkat antibodi rendah terhadap virus corona, maka setiap tes komunitas perlu memiliki sensitivitas yang tinggi. Karena itu, Inggris masih menunda tes antibodi," kata Paul Hunter, profesor kedokteran dan penyakit menular di University of East Anglia di Norwich dikutip dari The Sun.

Saat seseorang terinfeksi virus corona Covid-19, tubuh akan mulai membuat protein yang dirancang khusus sebagai antibodi yang melawan virus tersebut.

Setelah pulih, antibodi itu mengapung dalam darah selama berbulan-bulan hingga bertahun-tahun. Dengan begitu, tubuhnya akan mempertahankan diri seandainya terinfeksi virus corona Covid-19 lagi.

Berita Terkait

Berita Terkini