Info

Peneliti Sebut Mutasi Virus Corona Bisa Mencapai 30 Variasi

Sebuah studi baru di China menemukan bahwa virus corona telah bermutasi menjadi setidaknya 30 variasi berbeda.

Yasinta Rahmawati | Fita Nofiana

Ilustrasi masker dan virus corona. (Pixabay)
Ilustrasi masker dan virus corona. (Pixabay)

Himedik.com - Lebih dari 30 mutasi virus corona yang berbeda terdeteksi di mana 19 mutasi sebelumnya tidak ditemukan. Studi ini dilakukan oleh Profesor Li Lanjuan dan rekan-rekannya dari Universitas Zhejiang di Hangzhou, China.

Studi diterbitkan dalam makalah non-peer-review yang dirilis di situs MedRxiv.org pada hari Minggu (19/4/2020).

Melansir dari The Jerussalem Post, hasil penelitian menunjukkan virus corona telah ditemukan dalam strain yang berbeda-beda di mana telah telah memengaruhi berbagai bagian dunia. Hal ini akan mengarah pada kesulitan potensial dalam menemukan penyembuhan secara keseluruhan.

Tim Li menganalisis strain dari 11 pasien Covid-19 yang dipilih secara acak dari Hangzhou, di mana ada 1.264 kasus yang dilaporkan. Timnya kemudian kemudian menguji seberapa efisien mereka dapat menginfeksi dan membunuh sel.

Lebih dari 30 mutasi yang berbeda terdeteksi di mana 19 sebelumnya tidak ditemukan. "Sars-CoV-2 telah bermutasi yang mampu secara substansial mengubah patogenisitasnya," tulis Li di laporan.

Melansir dari South China Morning Post (SCMP), tim peneliti menemukan bahwa beberapa mutasi dapat menyebabkan perubahan fungsional pada protein lonjakan virus. Protein lonjakan adalah protein yang digunakan virus corona untuk menempelkan dirinya ke sel manusia.

Virus corona baru (Shutterstock)
Virus corona baru (Shutterstock)

Tim Li menginfeksi sel-sel dengan strain Covid-19 yang membawa mutasi berbeda yang mana strain yang paling agresif ditemukan menghasilkan sebanyak 270 kali lebih banyak viral load dibandingkan dengan strain yang paling lemah.

Strain agresif ini bisa membunuh sel manusia paling cepat. "Hasil menunjukkan bahwa keragaman sebenarnya dari strain virus sebagian besar masih kurang dilihat," tulis Li.

Studi ini dapat memiliki implikasi di masa depan pada pengobatan Covid-19 karena beberapa strain berbeda telah ditemukan di seluruh dunia.

"Pengembangan obat-obatan dan vaksin, meski mendesak, perlu memperhitungkan dampak akumulasi mutasi ini untuk menghindari jebakan potensial," tambah para peneliti.

Berita Terkait

Berita Terkini