Info

Kasus Keracunan akibat Disinfektan Meningkat Sejak Pandemi Covid-19!

Tingkat keracunan akibat pembersih atau disinfektan meningkat.

Yasinta Rahmawati | Rosiana Chozanah

Ilustrasi cairan pemutih. (pixabay/OpenClipart-Vectors)
Ilustrasi cairan pemutih. (pixabay/OpenClipart-Vectors)

Himedik.com - Seorang wanita dilarikan ke rumah sakit setelah terpapar asap beracun dari bak cuci piringnya, dan seorang balita dirawat di ICU setelah menelan pembersih tangan. Ini adalah dua contoh dari banyaknya kasus keracunan akibat penggunaan disinfektan atau pembersih yang salah.

Menurut laporan yang dilansir WebMD, ini terjadi ketika obsesi orang Amerika untuk mendisinfeksi rumah mereka terhadap virus corona meningkat, demikian juga dengan kondisi darurat keracunan.

"Eksposur terhadap pembersih dan disinfektan yang dilaporkan ke Sistem Data Racun Nasional AS (NPDS) meningkat secara substansial pada awal Maret 2020," kata tim yang dipimpin oleh Arthur Chang, peneliti di Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit AS (CDC).

Bahkan, ada lebih dari 20% lonjakan jumlah darurat keracunan yang dilaporkan ke NPDS, dibandingkan tahun lalu.

Produk disinfektan dan pembersih dapat membunuh kuman, termasuk virus corona, tetapi juga dapat menjadi racun bagi manusia ketika dicampur atau digunakan secara tidak tepat.

Ilustrasi pemutih pakaian, cairan pembersih, cairan pencuci baju [shutterstock]
Ilustrasi pemutih pakaian, cairan pembersih, cairan pencuci baju [shutterstock]

"Meskipun membersihkan rumah dan tangan Anda itu penting dalam mengurangi risiko tertular Covid-19, penting juga bagi Anda untuk mengambil tindakan pencegahan tepat untuk mengurangi papapran racun," kata dokter darurat dari Rumah Sakit Lenox Hill di New York City, Robert Glatter.

Pemutih merupakan salah satu bahan kimia yang paling umum disalahgunakan, kata tim CDC. Keracunan akibat penggunaan pemutih yang tidak tepat meningkat sejak pandemi Covid-19.

"Dalam satu kasus, seorang perempuan mendengar di berita untuk membersihkan semua bahan makanan yang baru dibeli sebelum mengonsumsinya. Dia mengisi wastafel dengan campuran larutan pemutih 10%, cuka dan air panas, dan merendam makanannya," lapor peneliti.

Membersihkan Rumah. (Shutterstock)
Membersihkan Rumah. (Shutterstock)

Hasilnya, asap memenuhi dapurnya dan sang perempuan mulai kesulitan bernapas sehingga harus dibawa ke UGD, di mana ia dirawat dengan oksigen dan bronkodilator.

"Kombinasi pemutih dengan cuka menghasilkan gas klorin beracun. Kurangnya ventilasi yang tepat dapat membuat Anda berisiko terkena racun, yang bisa mematikan," kata Glatter.

Kasus lainnya, seorang balita meminum pembersih tangan berbahan alkohol dan ia pingsan. Tingkat alkohol dalam darahnya mencapai 237 miligram per desiliter (batas mengemudi dalam keadaan mabuk di kebanyakan negara bagian Amerika adalah 80mg/dL).

"Sangat penting bagi orang tua untuk memahami potensi keracunan alkohol terkait dengan pembersih tangan, karena biasanya mengandung setidaknya 60-70% alkohol," imbau Glatter.

"Anak-anak berada pada risiko tertinggi karena mereka mungkin berpikir itu tidak berbahaya untuk dikonsumsi. Orangtua tidak boleh meninggalkan botol pembersih tangan di sekitar anak-anak," lanjutnya.

Untuk menghindari hal itu, Glatter memperingatkan untuk memakai sarung tangan dan masker setiap kali menggunakan produk disinfektan di rumah.

Berita Terkait

Berita Terkini