Info

Pandemi Corona Covid-19 Dapat Menggandakan Jumlah Penderita Kelaparan Akut!

Sekitar 265 juta orang di seluruh dunia diperkirakan akan mengalami kelaparan akut.

Yasinta Rahmawati | Rosiana Chozanah

Ilustrasi kelaparan. (pixabay)
Ilustrasi kelaparan. (pixabay)

Himedik.com - Beberapa waktu lalu, tepatnya pada Selasa (21/4/2020), Indonesia dihebohkan dengan berita seorang pria asal Sragen, Sumardi (41), terpaksa mencuri empat kilogram beras lantaran keluarganya kelaparan di tengah pandemi corona Covid-19.

Dia mengaku tidak dapat mengandalkan penghasilannya untuk memberi makan keluarga, yang terdiri dari dua mertua, seorang istri dan dua anak.

PBB dan para ahli lainnya memang telah memperingatkan bahwa krisis virus corona baru akan mendorong lebih dari seperempat miliar orang ke jurang kelaparan. Kecuali jika tindakan cepat diambil untuk menyediakan makanan dan bantuan kemanusiaan ke daerah-daerah yang paling berisiko.

Menurut laporan The Guardian, sekitar 265 juta orang di seluruh dunia diperkirakan akan menghadapi kerawanan pangan akut pada akhir tahun ini, dua kali lipat dari jumlah (130 juta) yang diperkirakan tahun lalu.

"Covid-19 berpotensi menjadi bencana bagi jutaan orang. Ini bagai pukulan palu bagi lebih dari jutaan yang hanya bisa makan jika mereka mendapat upah. Lockdown dan resesi ekonomi global telah mengurangi cadangan telur mereka. Kita harus bertindak bersama sekarang untuk mengurangi dampak bencana global ini," tutur kepala ekonom di World Food Programme, Arif Husain.

Anggota Polres Karanganyar menyerahkan bantuan sembako dan susu formula kepada warga Sragen yang mencuri padi di salah satu sawah di Kecamatan Kebakkramat, Kabupaten Karanganyar pada Selasa (21/4/2020). [Istimewa/Polres Karanganyar]
Anggota Polres Karanganyar menyerahkan bantuan sembako dan susu formula kepada warga Sragen yang mencuri padi di salah satu sawah di Kecamatan Kebakkramat, Kabupaten Karanganyar pada Selasa (21/4/2020). [Istimewa/Polres Karanganyar]

Kelaparan global bisa menjadi dampak besar berikutnya dari pandemi.

"Pada saat tantangan global yang luar biasa ini, dari konflik hingga goncangan iklim hingga ketidakstabilan ekonomi, kita harus melipatgandakan upaya untuk mengalahkan kelaparan dan kekurangan gizi. Kita memiliki alat dan pengetahuan. Apa yang kita butuhkan adalah kemauan politik dan komitmen berkelanjutan oleh para pemimpin dan bangsa," tutur Antonio Guterres, sekretaris jenderal PBB.

Laporan ini, yang dipresentasikan di depan dewan keamanan PBB, mendukung pernyataan bahwa dunia dapat menghadapi pengulangan kenaikan harga pangan 2007-2008 yang memicu pergolakan politik, dampaknya masih terasa di seluruh Timur Tengah dan dari Asia ke Amerika Latin.

Di sisi lain, kekurangan tenaga kerja karena orang jatuh sakit dapat membuat tekanan lebih lanjut pada produksi pangan, langkah-langkah proteksionis dapat meningkatkan harga pangan, dan meningkatnya pengangguran akan mengurangi daya beli masyarakat, mendorong lebih banyak kelaparan.

Warga India terancam kelaparan semenjak lockdown. (VOA Indonesia)
Warga India terancam kelaparan semenjak lockdown. (VOA Indonesia)

Badan amal dan kelompok masyarakat sipil juga menyerukan kepada pemerintah negara-negara kaya untuk mengambil tindakan untuk membantu yeng termiskin, yang berisiko kelaparan.

"Pandemi adalah krisis di atas krisis di beberapa negara bagian Afrika, Amerika Latin, dan Asia," kata kepala eksekutif badan amal Chatolic Relief Services di AS.

"Risiko kesehatan parah hanya bagian dari wabah. Lockdown menghambat orang untuk menanam dan memanen tenaman, bekerja sebagai buruh harian dan menjual produk, di antara masalah lainnya. Itu berarti lebih sedikit pendapatan bagi orang-orang yang kelaparan untuk membeli makanan dan lebih sedikit makanan yang tersedia, dengan harga lebih tinggi," tandasnya.

Berita Terkait

Berita Terkini