Info

Psikolog Sebut Situasi Pandemi Virus Corona Covid-19 Picu Agoraphobia

Para ahli khawatir bahwa pandemi virus ini bisa menyebabkan krisis agoraphobia.

Yasinta Rahmawati | Shevinna Putti Anggraeni

Ilustrasi di rumah aja (Foto: suara.com/shutterstock).
Ilustrasi di rumah aja (Foto: suara.com/shutterstock).

Himedik.com - Pandemi virus corona Covud-19 bisa menyebabkan agoraphobia akibat kecemasan berlebih. Sehingga seseorang takut terhadap ruang terbuka dan situasi yang dirasa tidak aman.

Shirley, wanita 57 tahun asal Skotlandia ini takut akan gelombang kedua virus corona Covid-19. Situasi ini pun menyebabkan kecemasan besar di benaknya.

Shirley yang sehari-hari suka bergaul, menghabiskan waktu luang bertemu dengan teman hingga menonton acara musik. Kini, kehidupannya berubah drastis akibat aturan tetap di rumah aja selama pandemi virus corona Covid-19.

Kondisi ini juga mengubah karakter Shirley yang suka berpegian menjadi takut keluar rumah dan berinteraksi dengan orang lain.

Shirley khawatir bila pemerintah setempat belum menangani pandemi virus ini secara tuntas dan memastikan keselamatan masyarakatnya.

"Saya menjadi sangat cemas, terutama jika tetangga datang bertamu dan berbicara. Padahal sebelum ini saya selalu berhubungan dengan banyak teman. Kecemasan membuatku tidak bisa melakukan semuanya lagi," kata Shirley dikutip dari Metro.

Ilustrasi gangguan mental. [Shutterstock]
Ilustrasi agoraphobia. [Shutterstock]

Tak hanya Shirley, banyak pula orang yang mengalami kecemasan serupa setelah pandemi virus corona Covud-19. Bahkan para ahli khawatir bahwa pandemi virus ini bisa menyebabkan krisis agoraphobia.

Profesor Paul Gilbert, seorang psikolog klinis di Uni Derby, mengatakan bahwa semua aspek pandemi virus corona Covid-19 ini bisa memperburuk atau memicu agoraphobia.

"Kondisi sekarang ini sangat mungkin meningkatkan kecemasan di seluruh populasi, terutama bagi orang yang mengalami ketakutan ekstrem dan intens," jelas Paul.

Paul menjelaskan beberapa orang mungkin takut terkena virus dan memerlukan perawatan di rumah sakit yang artinya mengalami kecemasan kesehatan.

Beberapa orang lainnya mungkin takut mengontaminasi virus ke orang lain yang disebut dimensi kompulsif obsesif. Beberapa lainnya juga mungkin khawatir orang lain memandangnya sebagai orang yang terinfeksi virus yang disebut dimensi kecemasan sosial.

"Beberapa orang mungkin juga lebih agorafobik sebagai bagian dari depresi. Jadi ada corak baru di sekitar agoraphobia yang belum pernah kita lihat sebelumnya," jelasnya. Paul pun mengatakan nasihat untuk semua orang tetap waspada hanya akan memicu kecemasan bagi mereka yang rentan terhadap masalah kesehatan mental.

Berita Terkait

Berita Terkini