Info

Meski dalam Pengobatan, HIV Bisa Bersembunyi di Otak & Menyerang Organ Lain

Sebuah studi menjelaskan HIV bersembunyi di bagian tubuh lain, terutama otak.

Yasinta Rahmawati | Rosiana Chozanah

Ilustrasi pemindaian otak. (shutterstock)
Ilustrasi pemindaian otak. (shutterstock)

Himedik.com - Sebuah penelitian terhadap tikus dan jaringan manusia menunjukkan bahwa virus penyebab AIDS, human immunodeficiency virus (HIV) dapat 'bersembunyi' di otak, bahkan ketika penderita menjalani terapi antiretroviral.

Pada waktunya, virus ini akan menginfeksi orang lain dalam tubuh jika pengobatan dihentikan.

Beradasarkan laporan Live Science, HIV, virus penyebab AIDS, melumpuhkan sistem kekebalan tubuh dan membuat tubuh rentan terhadap penyakit.

Terapi kombinasi antiretroviral, atau ART, dapat secara signifikan menurunkan konsentrasi virus dalam tubuh, sampai pada titik patogen ini tidak terdeteksi, gejala sebagian besar hilang dan orang yang dirawat tidak lagi menular kepada orang lain.

Tetapi obat yang digunakan untuk terapi ART harus diminum setiap hari, dan jika pengobatan dihentikan, virus dapat muncul kembali dari 'tempat-tempat tersembunyi' di dalam tubuh.

Studi baru, yang terbit 11 Juni dalam jurnal PLOS Pathogens, menunjukkan salah satu tempat persembunyian ini ada di sel-sel otak yang disebut astrosit.

Ilustrasi virus HIV. (Shutterstock)
Ilustrasi HIV. (Shutterstock)

Menurut laporan studi, astrosit membentuk sekitar 60% dari total sel di otak manusia, dan pada orang yang terinfeksi, penulis penelitian memperkirakan antara 1% dan 3% dari sel-sel ini dapat 'melindungi' HIV.

"Bahkan 1% bisa menjadi signifikan sebagai tempat perlindungan untuk virus. Jika kita akan mencoba menemukan obat HIV, Anda tidak dapat mengabaikan peran otak sebagai tempat perlindungan ini," kata penulis studi Lena Al-Harthi, seorang profesor dan ketua di Department of Microbial Pathogens and Immunity at Rush University Medical Center di Chicago, Amerika Serikat.

Al-Harthi dan rekan-rekannya menarik kesimpulan dari model tikus yang terinfeksi HIV dan sudah disuntik sel manusia, serta pemeriksaan jaringan otak manusia postmortem.

Meski ilmuwan sudah mengetahui peran astrosit dalam infeksi HIV, masih banyak studi yang harus dikerjakan untuk mengetahui secara pasti bagaimana virus 'memegang kendali' pada tubuh pasien.

Berita Terkait

Berita Terkini