Info

Terbentur Aturan, Dokter AS Ditolak Donor Plasma karena Gay

Dokter Dillon Barron berhasil selamat dari Covid-19 dan mendonorkan plasma darahnya setelah pulih, namun ditolak karena ia gay.

Yasinta Rahmawati | Fita Nofiana

Ilustrasi transfusi plasma darah. (Pixabay)
Ilustrasi transfusi plasma darah. (Pixabay)

Himedik.com - Seorang pasien Ruang Gawat Darutat (IGD) di Chicago yang sembuh dari Covid-19 ditolak untuk melakukan donor plasma darah gara-gara gay. Padahal, donor plasma sangat dibutuhkan untuk melawan pandemi.

Dilansir dari Insider, Dillon Barron yang bekerja di sebuah rumah sakit di sisi utara Chicago, mengatakan kepada CBS Chicago bahwa ia dan partnernya ingin menyumbangkan plasma setelah pulih dari Covid-19.

Dia mengatakan bahwa darah mereka kaya akan antibodi yang dapat membantu pasien lain melawan virus. "Kami berada di posisi yang bisa menyelamatkan hidup," kata Barron.

Badan Pengawas Obat dan Makanan AS (FDA) menyebut pria yang berhubungan seks dengan pria lain dilarang menyumbangkan darah kecuali mereka sudah tidak melakukan hubungan seks selama tiga bulan.

Hingga April, FDA melarang laki-laki yang melakukan hubungan seks dengan laki-laki dalam satu tahun terakhir untuk menyumbangkan darah. Tetapi badan tersebut mempersingkat periode waktu menjadi tiga bulan untuk membantu mendorong lebih banyak donor darah selama wabah vurus corona.

Plasma darah hasil donor. (Shutterstock)
Plasma darah hasil donor. (Shutterstock)

Padahal CBS Chicago melaporkan bahwa bank darah telah kehilangan ratusan ribu liter darah dengan melarang pria gay mendonorkan darah mereka.

"Itu tidak akan tersedia karena kefanatikan atau kemalasan orang-orang yang tidak percaya pada sains," kata partner Barron, Eric Seelbach, kepada CBS Chicago.

Pria yang berhubungan seks dengan pria telah dilarang menyumbangkan darah sejak tahun 1985. Aturan itu diberlakukan untuk membantu menghentikan penyebaran HIV.

Anu Hazra, seorang dokter penyakit menular di Universitas Chicago dan seorang staf dokter di Pusat Kesehatan Howard Brown, mengatakan kepada bahwa larangan tersebut didasarkan pada pedoman dari empat dekade yang lalu. Sementara saat itu penyaringan dan pengujian belum sebaik sekarang.

Hazra juga mengatakan bahwa saat ini tidak ada ilmu yang mendukung kebijakan pelarangan pria yang melakukan hubungan seks dengan pria untuk menyumbang darah mereka.

Ia menegaskan, bahwa seharusnya tidak ada komunitas spesifik yang dilarang untuk menyumbang tapi lebih pada penilaian risiko individu.

"Harusnya lebih pada penilaian risiko individu untuk setiap donor, terlepas dari apakah mereka gay atau straight," kata Hazra.

Berita Terkait

Berita Terkini