Info

WHO Sebut Covid-19 Menyebar di Udara, Jepang Sudah Prediksi Sejak Februari

WHO telah merevisi beberapa pedoman untuk memperhitungkan kemungkinan Covid-19 menyebar di udara dalam ruangan.

Yasinta Rahmawati

Ilustrasi virus corona Covid-19. (Shutterstock)
Ilustrasi virus corona Covid-19. (Shutterstock)

Himedik.com - Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) baru saja mengakui ada kemungkinan bahwa SARS-CoV-2, virus penyebab Covid-19 menyebar di udara pada pekan lalu. Bagi banyak peneliti di Jepang, fakta tersebut bukanlah hal baru.

Dilansir dari CBS News, negara berpenduduk padat ini telah beroperasi selama berbulan-bulan dengan asumsi bahwa partikel "aerosol" kecil yang mengambang di udara dapat menjadi perantara penyebaran Covid-19.

Awalnya WHO masih menolak untuk mengonfirmasi aerosol sebagai sumber utama infeksi Covid-19, dengan mengatakan lebih banyak bukti diperlukan. Tetapi para ilmuwan terus menekan.

"Jika WHO mengakui apa yang kami lakukan di Jepang, maka mungkin di bagian lain dunia, mereka akan berubah (prosedur antivirus mereka)," kata Shin-Ichi Tanabe, seorang profesor di departemen arsitektur Universitas Waseda yang bergengsi Jepang.

Tanabe adalah salah satu dari 239 ilmuwan internasional yang ikut menulis surat terbuka kepada WHO. Mereka mendesak badan PBB itu untuk merevisi pedomannya tentang cara menghentikan penyebaran virus.

Tetesan besar yang dikeluarkan melalui hidung dan mulut cenderung jatuh ke tanah dengan cepat, jelas Makoto Tsubokura, yang menjalankan laboratorium Computational Fluid Dynamics di Universitas Kobe.

Ilustrasi penyebaran virus corona. (Shutterstock)
Ilustrasi penyebaran virus corona. (Shutterstock)

Untuk partikel pernapasan yang lebih besar ini, jarak sosial dan masker wajah dianggap sebagai perlindungan yang memadai. Tetapi di kamar dengan udara kering dan ber-AC, Tsubokura mengatakan penelitiannya menunjukkan bahwa orang-orang batuk, bersin, dan bahkan berbicara dan bernyanyi, mengeluarkan partikel kecil yang menentang gravitasi.

Artinya, partikel itu mampu bertahan di udara selama berjam-jam atau bahkan berhari-hari, dan menempuh jarak panjang sebuah ruangan.

Pertahanan utama terhadap aerosol, kata Tsubokura, adalah mengencerkan jumlah virus di udara dengan membuka jendela dan pintu, memastikan sistem pendingin AC mengedarkan udara segar.

Di kantor terbuka, ia mengatakan partisi harus cukup tinggi untuk mencegah kontak langsung dengan tetesan besar, tetapi perlu cukup rendah untuk menghindari menciptakan awan virus-udara yang berat (55 inci, atau tinggi kepala).

Bagi orang Jepang, pengakuan WHO terkait Covid-19 menyebar di udara ini setidaknya membuktikan efektivitas strategi yang diadopsi negara pada Februari lalu. Sejak 5 bulan lalu penduduk Jepang sudah diminta untuk menghindari "3 C", cramped spaces, crowded areas dan close conversation (ruang sempit, daerah ramai dan percakapan dekat).

Berita Terkait

Berita Terkini