Info

Parah, Sekelompok Ilmuwan Kembangkan Vaksin Covid-19 Ilegal!

Bukan disuntikan, vaksin Covid-19 ini dihirup.

Yasinta Rahmawati | Rosiana Chozanah

Ilustrasi vaksin Covid-19. (Shutterstock)
Ilustrasi vaksin Covid-19. (Shutterstock)

Himedik.com - Sebanyak puluhan ilmuwan telah meneima paket vaksin Covid-19 yang didistribusikan oleh kelompok yang disebut Rapid Deployment Vaccine Collaborative (RADVAC), menurut laporan MIT Technology Review.

Padahal vaksin tersebut belum terbukti keakuratannya dan tidak ada yang mengetahui apakah benar-benar berkerja melawan virus corona.

Kolaborasi ini, yang terdiri dari 20 ilmuwan lebih, serta teknolog, dan 'penggemar sains', yang berafiliasi dengan Universitas Harvard dan MIT, tidak meminta izin Badan Pengawas Obat dan Makanan (FDA) Amerika Serikat sebelum merancang vaksin mereka sendiri.

Tidak hanya itu, mereka juga tidak meminta persetujuan dari dewan etika sebelum meluncurkan proyek dan menjadi sukarelawan dalam subjek studi, sebuah uji klinis tidak resmi.

Ahli genetika Preston Estep, yang mendirikan RADVAC sekaligus ilmuwan utama, mengatakan FDA tidak memiliki kekuasaan untuk mengadili proyek mereka karena vaksin dikelola sendiri, tanpa membayar biaya kolaborasi apa pun sebagai imbalan.

Ilustrasi Vaksin Covid-19 (getty image)
Ilustrasi Vaksin Covid-19 (getty image)

Hingga kini MIT Technology Review masih menunggu tanggapan FDA, apakah mereka akan mengatur proyek ini, mengingat semakin banyak ilmuwan belajar tentang vaksin eksperimental dan melakukan uji klinis pada diri sendiri.

"Kami tidak menyarankan masyarakat untuk mengubah perilaku mereka dalam pemakaian masker, tetapi (vaksin) memang berpotensi memberikan perlindungan berlapis-lapis," kata Estep, dilansir Live Science.

Namun, RADVAC sendiri belum memiliki bukti bahwa vaksin mereka mendorong respon imun yang memadai untuk menjadi pelindung.

Kelompok gabungan ini pun sudah mulai melakukan penelitian untuk menjawab pertanyaan tersebut, beberapa di antaranya dilakukan di laboratorium ahli genetika Harvard, Profesor George Church, yang sudah menggunakan dua dosis vaksin ini.

"Saya pikir kita berada pada risiko Covid-19 yang jauh lebih besar (daripada vaksin eksperimental itu sendiri)," ujar Church.

Peneliti berupaya menciptakan vaksin virus corona. (ANTARA/Shutterstock/am.)
Peneliti berupaya menciptakan vaksin virus corona. (ANTARA/Shutterstock/am.)

Meski ia yakin vaksin yang digunakannya aman, namun belum ada data. Ia berpikir risiko yang lebih besarnya adalah vaksin itu tidak efektif. Bereksperimen sendiri dengan vaksin dinilai bukan sebagai ide terbaik.

"Terutama dalam kasus ini, Anda dapat membuat segalanya menjadi ide lebih buruk," kata George Siber, mantan kepala vaksin di perusahaan farmasi Wyeth.

Menurut Siber, ini dapat memicu antibody dependent enhancement (ADE) yaitu fenomena di mana antibodi spesifik virus meningkatkan masuknya virus, membuat tubuh lebih rentan terhadap infeksi parah setelah vaksinasi.

"Anda benar-baner harus tahu apa yang Anda lakukan di sini," peringatnya.

Ia menambahkan, melihat bahan-bahan vaksin (yang dirilis RADVAC pada Juli) dan cara pemberiannya yang melalui hidung (bukan suntikan), dia tidak yakin vaksin itu akan cukup kuat sebagai pelindung, bahkan jika itu aman.

Berita Terkait

Berita Terkini